Rencana impor 3,07 juta ton garam dinilai menjadi ancaman bagi para nelayan atau petani garam. Impor yang baru saja digaungkan pemerintah itu disebut menyebabkan harga garam di tingkat nelayan kini anjlok ke level Rp 100-300 per kilogram (Kg).
"Kemarin kita sempat datang ke Indramayu, di sana garam tidak sampai di panen. Karena mereka dibelinya hanya Rp 100/Kg, bahkan di bawah Rp 100/Kg. Ini sangat mengenaskan, akhirnya mereka sudah menanam garam 1-2 bulan tidak mau panen, dibiarkan saja. Nah ini efek dari impor garam," kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Serikat Nelayan Nahdlatul Ulama (NU) Witjaksono dalam konferensi virtual, Rabu (24/3/2021).
Menurutnya, para nelayan kesulitan menjual garam ke pasar. Oleh sebab itu, rencana impor garam ini dinilainya tak sesuai dengan kondisi lapangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami setelah melihat dan mendengar di lapangan, dari para petani garam di Indramayu, Cirebon Jawa Barat, Jawa Timur dan dari Nusa Tenggara Timur (NTT), mereka menyatakan keresahan mereka terkait prouksi garam mereka yang tidak terserap pasar," tutur Witjaksono.
Ia menegaskan, harga garam di tingkat nelayan idealnya Rp 700-1.000/Kg. Pasalnya, harga garam impor pun berada pada kisaran tersebut.
"Sesuai perhitungan kami, seharusnya harga garam kita itu idealnya Rp 700-1.000/Kg. Sekarang itu harga garam kita yang diimpor dari China rata-rata Rp 1.500/Kg, untuk negara non China rata-rata Rp 1.000-1.500/Kg," jelas dia.
Simak video 'Mendag Jelaskan Urgensi Impor 3 Juta Ton Garam':