Beras Melimpah, Buwas Beberkan Bukti RI Tak Butuh Impor

Beras Melimpah, Buwas Beberkan Bukti RI Tak Butuh Impor

Vadhia Lidyana - detikFinance
Jumat, 26 Mar 2021 06:12 WIB
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengunjungi Gudang Bulog Gedebage, Bandung, Selasa (3/2). Buwas memastikan stok beras untuk Idul Fitri 2020 aman.
Foto: Wisma Putra

Beras Mengendap

Impor beras sendiri pernah dilakukan pada tahun 2018 sebanyak 1,8 juta ton. Namun, stok beras impor itu tak kunjung habis sampai sekarang dan sudah turun mutu. Bahkan, ada 200.000 ton beras impor tahun 2018 yang masih tersisa sampai saat ini, dan dari angka tersebut ada 106.000 ton yang terancam rusak atau membusuk.

"Sisa dari beras impor kurang lebih 200.000 ton, ini ada potensi rusak itu 106.000 ton beras impor. Kalau dari dalam negeri itu aman," kata Buwas.

Ia pun menceritakan lagi bagaimana pengalaman impor beras 1,8 juta ton yang pada akhirnya sulit disalurkan, hingga terancam membusuk.

Buwas mengatakan, impor beras kala itu dikarenakan cadangan beras pemerintah (CBP) di Perum Bulog hanya 600.000 ton, sementara Bulog punya tugas menyalurkan bantuan sosial (Bansos) beras sejahtera (Rastra) sebanyak 2,6 juta ton per tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sayangnya, pada tahun 2019 pemerintah menghentikan program Bansos Rastra menjadi Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Dalam program BPNT, Bulog tak lagi menjadi pemasok utama. Akibatnya, beras yang diimpor sulit tersalurkan dan menumpuk di gudang Bulog.

Pada saat kualitas beras impor masih baik pun menurut Buwas penyalurannya sulit. Pasalnya, jenis beras impor tak sesuai dengan jenis beras yang biasa dikonsumsi mayoritas masyarakat Indonesia.

"Dalam sisa yang ada, beras di Bulog dengan 1,8 juta ton ini bermasalah impornya. Kenapa bermasalah? Berasnya tidak jelek, bagus. Persoalannya 1, jenis beras yang diimpor kebanyakan jenisnya pera. Pera itu tidak mayoritas dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia," tutur dia.

Oleh karena itu, beras impor tersebut pun harus disalurkan dengan cara dicampur dengan beras produksi Tanah Air.

"Bulog ketika menyalurkan dalam kegiatan apapun harus dicampur dengan beras dalam negeri. Paling tidak perbandingannya 1:1 agar bisa diterima masyarakat kita," ungkapnya.


(vdl/eds)

Hide Ads