Mantan Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso blak-blakan seputar permasalahan beras mulai dari impor beras hingga preman sawah.
Terkait impor beras, menurut Sutarto, sebenarnya Indonesia tidak perlu mengimpor beras tahun ini. Sebab, hingga awal Maret stok beras di berbagai tempat penggilingan padi ada sekitar 1,9 juta ton. Jumlah itu dipastikan akan terus meningkat hingga mencapai 12 juta ton seperti prediksi BPS (Badan Pusat Statistik) dan Kementerian Pertanian. Oleh karena itu, dia menolak rencana impor beras oleh pemerintah.
"Saya sudah sampaikan ke Kementan dan Kemendag, stok kita cukup jadi tidak perlu (impor). MoU yang sudah dibuat dengan negara lain bisa dibatalkan kok. Itu kan tidak mengikat, cuma untuk jaga-jaga saja," kata Sutarto kepada tim Blak-blakan detikcom, Jumat (26/3/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Podcast: Impor Beras Untuk Siapa? |
Tingginya produksi panen kali ini, dia melanjutkan, karena dampak bencana banjir tak seburuk sebelumnya. Bila pada 2007 dampak banjir akibat fenomena La Nina mengakibatkan puso di 100 ribu hektare sawah, kali ini cuma sekitar 50 ribu hektare.
Sebagai orang yang pernah 35 tahun berkarir di lingkungan pertanian, Sutarto justru menyebut fenomena La Nina biasanya akan meningkatkan kapasitas lahan tanam ketimbang El Nino. "Jadi, La Nina itu justru positif karena luas tanam akan bertambah," ujarnya.
Ketua Umum PerPadi (Persatuan Pengusaha Penggiligan Padi dan Beras) ini kemudian mengkritik pemerintah yang dinilai tidak konsekuen dalam menugaskan Bulog untuk menjadi stabilisator (harga pangan). Apalagi kemudian salah satu kewenangan Bulog untuk menyalurkan beras bansos sejak beberapa tahun lalu justru diambil alih oleh Kemensos lewat e-warung.
"Kalau cuma disuruh menyerap tapi kemampuan mendistribusikannya dikurangi ya memang jadi berat," kata Sutarto.