Tak cuma daya beli yang turun, rata-rata segmen menengah ke bawah juga beralih ke produk yang lebih terjangkau.
"Kalau kita melihat middle, middle low segmen memang impact terhadap daya beli terlihat sekali, kita lihat mulai terjadi penurunan spending pasti frekuensi turun itu semua segmen turun frekuensinya tapi belanjanya lebih banyak tapi tidak pada segmen menengah bawah bahkan terjadi juga switching brand kepada brand-brand yang lebih affordable," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan daya beli segmen menengah ke atas tidak mengalami penurunan sama sekali, juga tidak melakukan alih produk bahkan cenderung meningkat.
"Segmen middle up saya kira in term of spending tidak mengalami penurunan bahkan dalam banyak kasus naik, dan mereka tidak switching brand, tetap konsisten pada brand yang ada bahkan membeli dalam jumlah yang besar," tuturnya.
Meski begitu, Anggara optimistis tahun ini akan lebih baik dari tahun sebelumnya, walaupun sempat terimbas kebijakan PPKM ketat di awal tahun yang mengharuskan toko-toko ritel dan lainnya tutup jam 7 malam.
"Kita memasuki tahun 2021 dengan optimisme terutama ketika program vaksinasi dimulai, kita memandang ini sebagai kunci pemulihan ekonomi," katanya.
"Saya kira per Maret situasi menjadi lebih baik ya, kita sangat optimis bahwa tahun 2021 harusnya bisa lebih baik dari 2020 keyakinan masyarakat kembali terlihat untuk berbelanja untuk spending kebutuhan sehari-hari," tambahnya.
(ara/ara)