COVID Masih Menghantui, Ekonomi RI Belum Pasti

COVID Masih Menghantui, Ekonomi RI Belum Pasti

Hendra Kusuma - detikFinance
Kamis, 08 Apr 2021 10:56 WIB
Suasana aktivitas bongkar muat di Jakarta International Container Terminal, Jakarta Utara, Rabu (5/9/2018). Aktivitas bongkar muat di pelabuhan tetap jalan di tengah nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terpuruk. Begini suasananya.
Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan menyebut pandemi COVID-19 masih menjadi faktor ketidakpastian bagi perekonomian nasional yang saat ini sudah berada pada tren pemulihan.

Kepala BKF, Febrio Kacaribu mengatakan pertumbuhan ekonomi nasional ditarget pada level 4,5% sampai 5,3% di tahun 2021.

"Di sini kita melihat secara nyata bagaimana pemulihan ekonomi itu akan cukup kuat di 2021. Rangenya memang kita tetap pakai 4,5 sampai 5,3%. Ini mencerminkan ketidakpastian yang masih ada," kata Febrio dalam webinar Indonesia Macroeconomic Update 2021, Kamis (8/4/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemerintah, kata Febrio juga suadh menyiapkan banyak stimulus atau insentif untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional di 2021. Beragam insentif itu tertuang dalam program PEN yang anggarannya mencapai Rp 699,43 triliun.

Adapun rinciannya, klaster perlindungan sosial Rp 157,31 triliun, klaster kesehatan RP 176,30 triliun, klaster dukungan UMKM dan korporasi Rp 186,81 triliun, insentif usaha Rp 53,86 triliun, dan klaster program prioritas Rp 125,06 triliun.

ADVERTISEMENT

Febrio mengatakan, ketidakpastian yang berasal dari pandemi COVID-19 tidak hanya terjadi bagi ekonomi Indonesia, melainkan banyak negara di dunia. Dengan masih adanya pandemi juga membuat banyak negara yang kembali menerapkan pembatasan atau lockdown.

"Indonesia cukup disiplin karena tidak ada kenaikan kasus, dari kasus per hari maupun konteks vaksinasi. Sehingga kita optimis di 2021 walaupun di tengah ketidakpastian," katanya.

Lebih lanjut Febrio mengungkapkan, tren pemulihan ekonomi nasional bisa dilihat dari beberapa indikator seperti manufaktur, konsumsi, maupun investasi. Bahkan pemulihan ini membutuhkan kerja sama bagi semua pihak yang terlibat dalam perekonomian.

"Jadi ini membutuhkan kerja sama luar biasa dari semua pihak. Kalau kita lihat yang menjadi kebijakan strategis dari fiskal, Indonesia tetap waspada dan optimis pandemi bisa dikendalikan," ungkapnya.




(hek/zlf)

Hide Ads