Pemerintah Indonesia terus berupaya mendorong para pelaku UMKM untuk bisa tembus ke pasar internasional. Adapun hal ini bisa dilakukan melalui berbagai upaya, salah satunya dengan berkolaborasi dengan kementerian/lembaga hingga e-commerce.
Direktur Utama SMESCO Indonesia (Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan UKM), Leonard Theosabrata menyampaikan UMKM sebenarnya sangat mungkin untuk bisa dapat go global, bahkan mendominasi pasar global.
"Mimpi go global itu bukan mimpi yang muluk. Bahkan gue nggak mau lagi bicara tentang go global, tapi bagaimana UMKM dapat mendominasi (pasar global)," ujarnya dalam acara BNI Creativepreneur Conference 2021, Sabtu (10/4/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meskipun demikian, Leo mengaku ada banyak tantangan yang menjadi pekerjaan rumah tangga bagi pelaku UMKM dan berbagai pihak terkait. Salah satunya masih kurangnya kerja sama antara pelaku UMKM dengan e-commerce.
Menurutnya, e-commerce Indonesia dapat bekerja sama dengan SMESCO dengan menghadirkan data produk yang penjualannya besar di pasar International. Nantinya, SMECSO akan menghubungkan kebutuhan produk tersebut dengan pelaku UMKM terkait. Selanjutnya, pelaku UMKM dapat memasarkan produk tersebut go global melalui e-commerce.
"E-commerce itu kan ada di hilir, mereka mampu menciptakan conversion. Bukalapak sangat strategis karena mereka dapat menjadi corong untuk upaya melancarkan proses bisnis," katanya.
"Yang konvoi atau communication ini sebetulnya sudah mulai terjadi tapi masih minim. Ini yang SMESCO ingin bangun lewat platform agregasi di mana demand ketemu sama supply. Bayangkan jika ada demand dan mem-posting di dalam platform kita, lalu dijawab oleh para supplier," imbuhnya.
Sementara itu, CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin mengungkapkan bahwa UMKM lokal masih belum mampu untuk memenuhi pasar Indonesia. Padahal, menurutnya untuk bisa bersaing di pasar global, UMKM lokal perlu menang di kandang sendiri.
"Kita lihat sendiri market kita aja masih banyak sekali yang diisi produksi dari luar. Jadi, bagaimana UMKM kita bisa mengisi kebutuhan dalam negeri dengan baik, baik dari sisi kualitas dan kuantitas," katanya.
Tak hanya itu, Rahmat menyebut marketing juga jadi hal yang perlu ditingkatkan, terutama soal kecintaan terhadap produk lokal. Dengan demikian, UMKM lokal bisa lebih mudah menembus pasar global.
"Lalu dari marketing, kita merasa kalau barang dalam negeri itu nggak oke. Nah, perlu ada (marketing) untuk bangga menggunakan barang dalam negeri. Every single one of us, itu tugas kita semua. Begitu kita sudah menciptakan itu dan pasar 270 juta kita udah kena, kita mungkin ada kekuatan untuk memasuki pasar global," ungkapnya.
Di sisi alin, Co-Founder Du Anyam menyebut sistem manajemen masih menjadi tantangan bagi UMKM. Di samping itu, marketing untuk meningkatkan eksistensi produk jadi persoalan lainnya.
"Kalau ditanya UMKM bisa go global atau enggak, jawabannya bisa tapi tantangannya banyak. Salah satunya sistem management di internal UMKM tersebut perlu melibatkan konsolidasi produksi, logistik, warehouse. Karena biasanya kapasitas produksi UMKM tidak cukup besar," katanya.
"Kalau dari pengalaman kita untuk elevating produk lokal, satu story, kedua kualitas dan ketiga konsistensi. Itu mungkin tiga tips dari pengalaman Du Anyam untuk bisa go international," pungkasnya.
Sebagai informasi, acara BNI Creativepreneur Conference akan berlangsung pada 9-11 April 2021 dan dapat disaksikan gratis secara live melalui detikcom. Acara ini disponsori oleh BNI, ASUS Intel, tiket.com, dan OPPO.
(ncm/ara)