Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor Indonesia pada Februari 2021 US$ 16,79 miliar. Angka ini tercatat naik cukup tinggi 25,73% dibanding Maret 2020 dan naik 26,55% dibanding impor Februari 2021 atau bulan sebelumnya.
Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, secara bulanan atau month to month (mtm) impor naik karena komoditas migas dan non migas. Untuk migas naik hingga 74,74% karena ada kenaikan nilai impor minyak mentah, dan hasil minyak.
"secara YoY kenaikan naik 25,73%, karena kenaikan kenaikan migas dan impor non migas (juga)," katanya dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (15/4/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suhariyanto mengatakan, impor naik tinggi karena penggunaan barang juga naik dua digit, baik secara mtm maupun yoy. Impor barang konsumsi secara mtm naik 15,51%, sedangkan secara yoy naik 13,40%.
Jadi kalau kita lihat barang konsumsi ini ada beberapa barang yang naik tinggi antaranya vaksin impor dari Tiongkok, lalu ada milk, raw sugar dari India, mesin AC dari Thailand, dan jeruk mandarin dari Tiongkok, itu yang menyebabkan impor barang konsumsi Maret 2021 meningkat 15,51%" katanya.
Sama seperti barang konsumsi, impor bahan baku juga tumbuh tinggi. Secara mtm bahkan naik hingga 31,1%. Contoh bahan baku yang meningkat tajam antara lain oil cake dan pulp dari Tiongkok.
Begitu juga dengan impor barang modal. Impor barang modal meningkat tinggi, di mana secara mtm naik 11,85% dan secara yoy naik 33,70%.
"Jadi tentunya kita berharap kenaikan 2 digit ini menunjukkan geliat dari manufaktur dan investasi mulai pulih kembali dan kita harapkan geliat ini tetap terjaga di kuartal II dan ekonomi RI bisa pulih," tuturnya.