Curhat Sopir Bus Kala Larangan Mudik Mencuat

Curhat Sopir Bus Kala Larangan Mudik Mencuat

Anisa Indraini - detikFinance
Senin, 19 Apr 2021 07:30 WIB
PO Haryanto
Ilustrasi/Foto: Ahmad Masaul Khoiri/detikcom
Jakarta -

Larangan mudik bikin nelangsa para sopir bus. Sebelumnya pemerintah sudah mengumumkan meniadakan mudik pada 6-17 Mei 2021.

Sopir dari Perusahaan Otobus (PO) Pahala Kencana, Abdul Halim mengatakan larangan mudik akan berdampak bagi para sopir bus karena penghasilannya hanya dari mengangkut penumpang. Jika dilarang, sudah dipastikan mereka tidak akan mendapat pemasukan.

"Pasti berdampak lah, pendapatan pengemudi nggak ada (kalau mudik dilarang). Minimal dua minggu kita nggak ada penghasilan sama sekali," kata Abdul ditemui detikcom di Terminal Pulo Gebang, Jakarta Timur, Minggu (18/4/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Padahal Lebaran merupakan salah satu momen yang ditunggu-tunggu sopir bus. Sebab, saat itu lah pendapatan mereka akan bertambah seiring dengan meningkatnya pemudik.

"Kalau Lebaran kan justru penumpang bisa meningkat dua kali lipat. Jadi itu yang ditunggu-tunggu para sopir bus. Yang ditunggu-tunggu cuma Lebaran, tiba-tiba Lebaran nggak ada karena mudik dilarang" tuturnya.

ADVERTISEMENT

"Kalau nggak ada penumpang kan kami nggak dijalanin dan nggak dapat bayaran karena kami dibayar kalau. Kita ini kan ngitung upahnya sesuai jarak tempuh, per kilo. Semakin banyak penumpang yang kita bawa, semakin bertambah," sambungnya.

Kalau pun tetap ada larangan mudik, kata Abdul, pekerja yang terdampak seperti sopir bus harus dipikirkan dengan cara diberikan bantuan sosial (bansos) atau semacamnya.

"Kita akan ikuti aturan pemerintah tapi pemerintah juga harus kasih solusi untuk kami. Kasih bansos kek, (atau) apa. (Selama ini) belum ada," bebernya.

Hal yang sama juga dikatakan oleh pengemudi bus dari PO Batik Solo Trans, Deni. Larangan mudik menurutnya sangat meresahkan karena dirinya terancam tak bisa bekerja.

"Mudik dilarang meresahkan. Itu kan sumber pencaharian kita buat nyari sandang pangan. Kalau mudik nggak dibolehin kita makannya apa?," ucapnya.

Jelang mudik dilarang, sudah ada yang colong start mudik. Klik halaman selanjutnya.

Aktivitas di Terminal Pulo Gebang, Jakarta Timur cukup sibuk melayani penumpang sebelum mudik dilarang. Ratusan pemudik curi start pulang ke kampung halaman sebelum periode 6-17 Mei.

Pemudik bernama Zulfa misalnya, dia sengaja berangkat ke kampung halaman lebih cepat sebelum mudik dilarang. Tujuannya adalah ke Madura, yang akan menghabiskan waktu di sana sampai setelah Lebaran.

"Saya usaha di Jakarta. Mau mudik ke rumah saya di Madura. Berangkat diawal sebelum dilarang," katanya kepada detikcom di Terminal Pulo Gebang, Minggu (18/4/2021).

Zulfa mengaku tak khawatir untuk mudik dengan adanya penyebaran virus Corona selama mematuhi protokol kesehatan. Pasalnya, semua keluarga termasuk anaknya berada di kampung halaman.

"Keluarga di sana, anak di sana, ada acara di sana," ucapnya.

Begitu juga yang dilakukan oleh Darmawan. Dia memilih mempercepat pulang ke Padang sebelum mudik dilarang. Sebelumnya, kedatangannya ke Jakarta adalah untuk berkunjung ke rumah anaknya yang sudah berkeluarga.

"Saya ke sini cuma ke rumah anak. Sebelum mudik dilarang makanya saya berangkat sekarang, daripada nanti nggak bisa pulang," imbuhnya.

Wakil Komandan Regu (Wadanru) Terminal Terpadu Pulo Gebang (TTPG), Badman Harahap mengatakan mayoritas penumpang mudik ke Sumatera, Padang, dan Bengkulu.

"Lonjakannya itu yang paling banyak tanggal 16 (April). Paling banyak ke Sumatera, Padang, sama Bengkulu," tuturnya ditemui di Terminal Pulo Gebang.

Berdasarkan data TTPG, penumpang terbanyak terjadi pada 16 April dengan jumlah keberangkatan penumpang sebanyak 933 orang dan kedatangan sebanyak 695 penumpang. Namun jumlah itu berkurang dibanding sebelum Ramadhan, di mana rata-rata ada 1.000 penumpang.


Hide Ads