China dan AS Makin Panas, Xi Jinping Soroti Hal Ini

China dan AS Makin Panas, Xi Jinping Soroti Hal Ini

Aulia Damayanti - detikFinance
Rabu, 21 Apr 2021 11:07 WIB
In this photo released by Chinas Xinhua News Agency, Chinese President Xi Jinping speaks during an event to commemorate the 40th anniversary of the establishment of the Shenzhen Special Economic Zone in Shenzhen in southern Chinas Guangdong Province, Wednesday, Oct. 14, 2020. President Xi Jinping promised Wednesday new steps to back development of Chinas biggest tech center, Shenzhen, amid a feud with Washington that has disrupted access to U.S. technology and is fueling ambitions to create Chinese providers. (Zhang Ling/Xinhua via AP)
Xi Jinping/Foto: Zhang Ling/Xinhua via AP
Jakarta -

Presiden China Xi Jinping menyindir Amerika Serikat (AS) yang semakin menekan China dalam beberapa bulan terakhir. Namun, Xi tidak secara gamblang menyebut AS dalam pernyataannya. Ia menyebut negara yang semakin memisahkan diri dari negara lain adalah prilaku yang bertentangan dengan hukum ekonomi dan pasar.

"Mereka akan merugikan kepentingan orang lain tanpa menguntungkan diri sendiri," kata Xi saat berpidato di Forum Boao China untuk Asia yang disiarkan melalui video, Selasa (20/4).

Dia juga menyebut negara besar harus berperilaku sesuai dengan status mereka. Tentu harus memiliki tanggung jawab yang besar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita tidak boleh membiarkan aturan yang ditetapkan oleh satu atau beberapa negara dipaksakan pada negara lain, atau membiarkan unilateralisme diterapkan oleh negara-negara tertentu untuk mengatur langkah bagi seluruh dunia. Negara-negara besar harus berperilaku sesuai dengan status mereka dan dengan rasa tanggung jawab yang lebih besar," kata Xi.

"Memerintahkan orang lain di sekitar atau mencampuri urusan internal orang lain tidak akan mendapatkan dukungan apapun," tambah Xi.

ADVERTISEMENT

Dikutip dari CNN, Rabu (21/4/2021) dalam pidatonya, Xi tidak menyebut nama negara mana pun. Para pemimpin China biasanya tidak menyebut nama. Namun, pernyataannya tampak seperti kritik terselubung terhadap AS, yang telah meningkatkan tekanan terhadap China dalam beberapa bulan terakhir.

Bulan lalu AS dan sekutunya menjatuhkan sanksi terkoordinasi terhadap pejabat China atas dugaan penindasan terhadap muslim Uighur dan etnis minoritas lainnya di provinsi Xinjiang.

Selain itu, sanksi besar yang dijatuhkan oleh mantan Presiden AS Donald Trump kepada perusahaan China juga tetap berlaku. Semua sanksi itu semakin menambah ketegangan perang dagang yang berlanjut di bawah pemerintahan Presiden AS Joe Biden.

Dalam pidatonya, Xi juga menyebut seharusnya sebuah negara bisa menghindari perilaku yang menambah perang dingin. Selain itu harus menghindari tindakan yang menyebabkan perang dingin baru.

"Pandemi COVID-19 telah membuatnya semakin jelas bagi orang-orang di seluruh dunia bahwa kita harus menolak perang dingin dan mentalitas zero-sum serta menentang 'Perang Dingin' baru dan konfrontasi ideologis dalam bentuk apa pun," kata Xi.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Simak video 'Jepang-AS Pertegas Aliansi Lawan Pendudukan China di Lautan Indo-Pasifik':

[Gambas:Video 20detik]



Xi juga menyampaikan China akan mempermudah perusahaan asing berinvestasi di negaranya. Dia pun menyebutkan langkah-langkah untuk memperkuat kerja sama dengan negara-negara tetangga, termasuk rencana Konferensi Kedua tentang Dialog Peradaban Asia atau Conference on Dialogue of Asian Civilizations (CDAC).

CDAC pertama, yang berlangsung di China pada 2019, dihadiri oleh perwakilan lebih dari 40 negara Asia. China juga baru-baru ini membuat kesepakatan dengan Rusia dan Iran.

Bulan lalu, para Menteri Luar Negeri China dan Rusia berjanji untuk memperkuat kemitraan strategis yang komprehensif. Kedua negara juga mengusulkan untuk mengadakan dialog regional untuk mengatasi masalah keamanan di wilayah mereka.

Secara terpisah, China juga menandatangani kemitraan ekonomi dan keamanan dengan Iran bulan lalu selama 25 tahun ke depan.

Untuk diketahui, Forum Boao China untuk Asia dihadiri oleh beberapa pengusaha dan investor terbesar AS. Mereka mencoba menavigasi hubungan yang kacau antara dua ekonomi teratas dunia.


Hide Ads