Padahal, lanjut dia, bisnis pariwisata termasuk hotel telah memberlakukan protokol kesehatan (prokes). Namun, karena banyak masyarakat yang abai dalam melakukan kegiatan sehari-hari, bisnis mereka jadi korban atas pemberlakuan pengetatan perjalanan.
"Nah, kita sampai kapanpun kita nggak akan pernah bisa selesaikan masalah ini. Jadi kalau di sini kan yang kena dampaknya sektor-sektor tertentu yang mengandalkan pergerakan kan, yang jadi korban. Sementara ada sektor-sektor lain yang sebenarnya bisa dikonversikan/ditransformasikan ke digital itu tidak dilakukan," paparnya.
Maulana menyarankan agar kegiatan yang masih bisa dilakukan secara virtual tetap mempertahankan kegiatannya secara daring untuk sementara ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Contoh sekolah, sekolah mendingan digital saja dulu. Kan bisa sekolah digital, toh berjalan kan gitu. Kan dia (aktivitas sekolah) nggak perlu adanya pergerakan, nggak terlalu membutuhkan seperti sektor pariwisata yang membutuhkan adanya pergerakan orang dari satu destinasi ke destinasi lain. Harusnya konsisten terhadap kebijakan-kebijakan tersebut," tambahnya.
(toy/fdl)