Pengusaha rest area harus menghadapi kenyataan pahit untuk kedua kalinya, yakni adanya larangan mudik Lebaran. Aturan itu membuat kunjungan ke rest area menurun drastis, sehingga penjualan nyaris nihil.
Pasalnya, jalan Tol Jakarta-Cikampek dan Trans Jawa yang biasanya dipadati pemudik jelang Lebaran, kini sepi.
"Yang terdampak banget ya penjualan BBM maupun tenant-tenant. Jadi tenant-tenant bisa dibilang kosong, atau yang ada hanya tinggal 5-10%," ungkap Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Rest Area Indonesia (Aprestindo) R Widie Wahyu GP ketika dihubungi detikcom, Selasa (11/5/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Widie menuturkan, hampir tak ada mobil pribadi yang datang ke rest area, terutama yang berlokasi di Jalan Tok Jakarta-Cikampek, Tangerang-Merak, dan Trans Jawa.
"Yang paling kasihan ya tenant-tenant. Karena mereka mengharapkannya dari mobil kecil. Sementara mobil kecil bisa dibilang nggak ada sama sekali. Jadi penjualan mereka itu drop sampai 90-95%," jelas Widie.
Meski rest area sunyi-sepi, para pengusaha rest area tidak diperbolehkan menutup gerai.
"Di awal saya pernah mengajukan, kalau memang dilarang lebih baik sekalian saja tol ditutup, atau rest area-nya boleh tutup. Tapi kan karena kita public service, jadi kita nggak boleh tutup, kita harus tetap buka," papar dia.
Akhirnya, para pengusaha tetap mengeluarkan biaya operasional harian meski pendapatan anjlok. Widir mengatakan, larangan mudik ini membuat pengusaha merugi hingga Rp 20 miliar.
"Sekarang kan larangan mudiknya lebih dari 10 hari, (ya) rugi. Kalau seluruh rest area bisa sampai Rp 20 miliar karena larangan mudik, ini di 2021 saja," tandas dia.