Warung kelontong atau konvensional ternyata masih bisa mendapatkan cuan besar meski di tengah gempuran ritel modern hingga toko online. Ada banyak strategi yang diterapkan agar produk yang dijual warung tetap laku.
Saat ini warung kelontong atau konvensional sudah jarang terlihat di pinggir jalan, kebanyakan toko-toko yang ada adalah ritel modern seperti Indomaret atau Alfamart.
Meski ritel modern dan toko online sudah menjamur, hal tersebut tidak mengendurkan semangat Helmika Manihuruk untuk mendirikan usaha warung kelontongan. Wanita asal Medan ini mengaku warung konvensionalnya sudah ada sejak 2010.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dulunya saya bekerja di bank swasta di kota saya, setelah berumah tangga saya resign, dan memilih membuka warung kelontong, mulainya sejak 2010," ujarnya dalam acara d'Mentor: Bisnis Warung Bisa Untung Gede, Rabu (19/5/2021).
Baca juga: Pentingnya Inovasi Dalam Bisnis |
Dia menceritakan modal awal yang digunakan pada saat itu sebesar Rp 17 juta. Modal tersebut dimanfaatkan untuk memenuhi barang dagangan yang akan dijual. Barang-barang tersebut adalah sembako, seperti beras, minyak goreng, mi instan, jajanan, hingga kebutuhan lainnya yang dicari para pembeli.
Wanita yang akrab disapa Mika ini mengaku persaingan dengan ritel modern dimulai sejak tahun 2015. Pada saat itu, di sekitar warung kelontongnya sudah ada tiga ritel modern yang berasal dari Indomaret dan Alfamart.
Mika pun tidak menyerah begitu saja, dia mengaku menerapkan strategi ATM yang artinya amati, tiru, modifikasi. Dalam prosesnya, dia mengubah konsep warung kelontongnya seperti ritel modern. Tujuannya, agar para pembeli tetap nyaman saat berbelanja.
"Proses pengubahannya tahun 2016 menjadi lebih modern, saya menggunakan sistem komputerisasi. Saya melihat memang kita harus mengikuti tren kalau tidak mau ditinggalkan pelanggan kita," ujarnya.
Jadi, tampilan warung kelontong miliknya saat ini sudah seperti ritel modern yang dilengkapi penerangan serta rak-rak modern. Strategi lain yang membuat dirinya masih bisa mendapatkan cuan besar adalah ketersediaan atau stok barang, menjaga kebersihan warung dan produk.
"Kalau dulu, sebagian toko kelontongan itu membuat barang gantungan dan penerangan ala kadarnya, kalau ke ritel lampu ada di mana-mana sehingga produk yang di display kelihatan, itu kita tiru, ketersediaan barang banyak kelontong karena barang yang dipajang di rak kotor dan berdebu bayangkan pembeli kita yang masuk mencari produk yang di rak begitu dipegang berdebu, ini menjadi perhatikan kita," jelasnya.
"Jadi dulu kita pernah lakukan dengan kupon undian, dengan minimal nominal Rp 20 ribu kita kasih kupon, jadi kita buat hadiah yang tidak terlalu besar seperti kipas angin, kompor gas, ini bisa mendongkrak penjualan kita," katanya.
Baca juga: Tiga Langkah Sukses Bangun Bisnis |
Dengan strategi tersebut, dirinya mengaku sudah memiliki omzet penjualan yang cukup besar. Sayangnya dirinya tidak menyebut besaran nominalnya. Hanya saja dirinya kini sudah berhasil membuka warung kelontong langsung pada 2 ruko sekaligus.
"Waktu pertama saya jualan, omzet penjualannya Rp 500 ribu itu sehari. Kalau sekarang kan modalnya sudah besar, tokonya juga sudah. Dulu 1 ruko dan sekarang sudah 2 ruko, item yang dijualnya pun sudah banyak," ungkapnya.