Menteri BUMN Erick Thohir buka suara soal pengangkatan Abdi Negara Nurdin sebagai komisaris PT Telkom (Persero) Tbk. Kehadiran pria yang beken disapa Abdee 'Slank' sempat hangat menjadi pembicaraan publik.
Ada yang menolak, namun ada pula yang mendukung keputusan Erick Thohir tersebut. Merespons hal itu Erick pun membandingkan saat dirinya mengangkat KH Said Aqil Siradj menjadi Komisaris Utama (Komut) PT KAI (Persero)
"Sama ini ketika saya angkat, dan ini ada pembicaraan khusus dengan tadi Pak KH Said Aqil, sama, orang mikir apa. Tapi lihat dong ketika kami angkat NU juga menjadi bagian membangun ekonomi kita ini hal postif toh memang di industri kereta api itu ada dua isu yang besar, satu sosial, pembebasan lahan LRT, kereta api cepat, isu double track, apakah hanya bisa dijelaskan secara ekonomis? Tidak, harus ada penjelasan sosial," ujar Erick Thohir dalam konferensi pers di Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (2/6/2021).
Menurutnya, kehadiran Said Aqil diperlukan untuk membereskan masalah sosial ini. Hal itu pun juga diperlukan untuk membereskan aset-aset KAI yang masih belum maksimal hingga sekarang.
Erick juga membandingkan dengan pengangkatan Chandra Hamzah sebagai Komut BTN. Erick menjelaskan Chandra Hamzah ditunjuk untuk menyelesaikan persoalan hukum di BTN. Sama halnya dengan pengangkatan mantan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo sebagai Komut BNI.
"Pak Agus Marto bayangin dari Gubernur BI, Menkeu mau jadi komut BNI karena semua figur-figur ini percaya transformasi yang ada di Kementerian BUMN dan para BUMN-nya yang tadi. Tujuannya kalau bisa 12 kluster ini seperti perbankan seperti telkom dan memberikan dividen sebanyak-banyaknya supaya Kemenkeu perlu mendapatkan alternatif income yang sekarang punya defisit anggaran besar tidak hanya bergantung dengan pajak tapi ada pemasukan lain," paparnya.
Pada kesempatan ini, Erick juga mennejelaskan soal pembangunan infrastruktur terus berlangsung. Seiring hal itu dibentuklah Indonesia Investment Authority (INA) yang menghimpun dana untuk pembangunan.
Dia mengatakan, INA telah menghimpun dana sebesar Rp 54 triliun yang mayoritas berasal dari luar negeri.
"INA Indonesia Investmen Authority untuk membangun infrastruktur tidak berdasarkan utang tapi berdasarkan investasi. Kemarin INA sudah announce masuk dana Rp 54 triliun, 25% dari dalam negeri dan 75% dari luar negeri. Dari mana, dari ADIA UAE, CDPQ KAnada dan APG Belanda untuk bangun infrastruktur Indonesia," terang Erick Thohir.
Simak Video: Tanggapan Melaney Ricardo soal Abdee Slank Jadi Komisaris Telkom
(acd/hns)