Mumet, Bos Boeing Hadapi Dilema Berat Selamatkan Perusahaan

Mumet, Bos Boeing Hadapi Dilema Berat Selamatkan Perusahaan

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Kamis, 03 Jun 2021 15:15 WIB
Boeing 737 Max yang pernah dipakai Lion Air diizinkan kembali terbang, mantan petinggi: terlalu dini
Foto: BBC Magazine
Jakarta -

CEO Boeing Co, Dave Calhoun, saat ini menghadapi dilema besar, bagaimana mereka dapat membangun kembali bisnis produksi dan penjualan pesawat terbang miliknya. Saat ini Boeing sedang terhuyung-huyung karena permasalahan keselamatan menyusul kecelakaan pesawat 737 MAX hingga pandemi yang membuat bisnis penerbangan sedang runtuh.

Melansir dari Reuters pada Kamis (3/6/2021), krisis-krisis yang sedang dihadapi Boeing tersebut telah membayangi risiko jangka panjang yang lebih dalam terhadap bisnis inti mereka sebagai produsen pesawat terbang. Saat ini pangsa Boeing di pasar pesawat jet komersil telah memudar dari sekitar 50% dalam satu dekade terakhir menjadi sekitar 35% setelah 737 MAX dilarang terbang dalam jangka waktu yang lama.

Setelah model 737 MAX mengalami grounding, pesawat jet komersil A321neo milik perusahaan Airbus (AIR.PA) berhasil mengambil segmen pasar hingga miliaran dolar. Karenanya banyak analis yang memperingatkan bahwa Boeing dapat kehilangan segmen pasar pembuat pesawat sekitar $ 3,5 triliun atau sekitar Rp 50.050 triliun (dengan kurs Rp 14.300/US dolar) selama 20 tahun ke depan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini memaksa Boeing untuk mencari solusi yang tepat secepat mungkin. Meski demikian CEO Boeing Dave Calhoun tetap optimis bahwa Boeing dapat kembali bersaing di pangsa pasar pesawat jet komersil.

"Saya yakin bahwa dalam jangka waktu yang lebih lama, kami akan kembali ke tempat di mana kami seharusnya berada dan saya yakin dengan lini produk," kata Calhoun sebagaimana dikutip dari Reuters.

ADVERTISEMENT

Dikatakan bahwa saat ini Boeing hanya memiliki dua opsi dalam menangani permasalahan ini, yakni mengambil langkah yang relatif cepat dengan membuat pesawat jet komersil dengan efisiensi bahan bakar 10% lebih besar dan berpotensi diluncurkan untuk pesanan pada tahun 2023, atau opsi lainnya adalah menginvestasikan waktunya untuk menciptakan terobosan teknologi baru yang diperkirakan tidak akan terjadi hingga 2030 mendatang.

Terlepas dari opsi mana yang akan dipilih oleh Boeing, setiap pilihan terdapat kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Oleh karena itu Bos Boeing perlu berpikir keras sebelum menentukan pilihan mana yang akan dijalankan oleh Boeing.




(das/das)

Hide Ads