Genjot Kerja Sama Dagang, Mendag Paparkan Hal Ini di Rusia

Genjot Kerja Sama Dagang, Mendag Paparkan Hal Ini di Rusia

Tim detikcom - detikFinance
Sabtu, 05 Jun 2021 10:38 WIB
Kerja Sama Dagang
Foto: Dok. Kemendag

Pada forum tersebut, Lutfi mengundang para peserta untuk mengikuti TEI 2021 di Indonesia. Pameran perdagangan terbesar di Indonesia itu juga akan menunjukkan keberpihakan Indonesia terhadap lingkungan dan transformasi Indonesia. TEI 2021 dijadwalkan berlangsung pada 20-24 Oktober 2021.

Turut bergabung dalam diskusi panel tersebut, yaitu Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rusia, Denis Manturov; Menteri Negara Uni Emirat Arab untuk Kerja Sama Internasional sekaligus Direktur Jenderal Dubai Expo 2020, Reem Al Hashimy; Menteri Kerja Sama Internasional Mesir, Rania Almashat; Sekretaris Jenderal Bureau International des Expositions, Dimitri Kerkentzes; Walikota Osaka, Ichiro Matsui; serta Chairman Skolvo Foundation, Arkady Dvorkovich.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tantangan Indonesia dan Kerja Sama ASEAN-EAEUSebelum menghadiri diskusi panel SPIEF pada sesi "World Expos and International Cooperation as a Driver of Sustainable Global Development", Lutfi juga mengikuti sesi "EAEU-ASEAN Business Dialogue". Mendag Lutfi memaparkan perkembangan dan tantangan yang dihadapi Indonesia serta perspektifnya pada peningkatan kerja sama ASEAN-Eurasian Economic Union (Rusia, Armenia, Belarus, Kyrgyzstan, dan Kazakhstan).

Lutfi menjelaskan, sebagai negara yang terus terus berkembang maju, Indonesia menghadapi tantangan baru dalam memasuki tatanan rantai pasok nilai global untuk menciptakan kemakmuran sebagai negara demokrasi yang terbuka. Pada 2018, Indonesia yang semula merupakan negara dengan pendapatan per kapita menengah ke bawah telah naik kelas menjadi negara dengan pendapatan per kapita menengah ke atas.

ADVERTISEMENT

Saat ini, Indonesia tengah menghadapi tantangan baru. Sebelum bonus demografi, penambahan penduduk muda usia produktif atau kerja di Indonesia akan habis pada 2038 mendatang, Indonesia harus bisa meningkatkan pendapatan per kapita sebesar tiga kali lipat atau menjadi sekitar USD 12.500.

"Ketika bonus demografi tersebut habis dan Indonesia tidak bisa mengembangkannya, maka Indonesia akan terperangkap dalam jebakan kelas menengah (middle income trap). Oleh karena itu, dengan potensi penduduk muda ini, Indonesia memerlukan pelaku ekonomi yang tangguh untuk menjadi negara maju pada 2045," kata Lutfi.

Untuk mencapainya, Indonesia melakukan dua langkah besar, yaitu meningkatkan investasi di bidang infrasruktur dan mendorong transfer teknologi. Negara-negara anggota ASEAN yang lain pun melakukan langkah serupa.Indonesia memiliki sekitar 17.000 pulau, namun belum sepenuhnya mengembangkan teknologi. Oleh karena itu, transfer teknologi sangat penting bagi Indonesia untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Ini merupakan komitmen Indonesia untuk saling mengembangkan perdagangan investasi dengan negara- negara EAEU. Kami juga berkomitmen mengembangkan perdagangan yang adil dan saling menguntungkan satu sama lain," pungkasnya.


(fdl/fdl)

Hide Ads