3. Marak Jastip, Penerimaan Negara Seret
Dengan barang semakin mahal, konsumen bakal berbelanja dengan memanfaatkan jasa titip alias jastip. Menurutnya, negara akan kehilangan banyak pendapatan dari pemanfaatan jastip tersebut.
"Banyak konsumen akan belanja lewat jastip yang tidak bayar bea masuk, PPN impor, PPN jual ke konsumen dan lain-lain," katanya
4. Boros Devisa
Menurutnya, jika keadaan normal maka orang akan gemar berbelanja di luar negeri. Hal ini akan berdampak pada devisa karena biasanya masyarakat tidak hanya sekadar belanja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bila keadaan sudah normal, masyarakat akan kembali shopping keluar negeri dan ini akan memboroskan devisa negara karena selain (mumpung shopping), juga ada biaya hotel, makan restaurant dan lain-lain.
5. Banyak Toko Mal Tutup
Dia menjelaskan, kenaikan harga akan membuat penjualan turun. Mal-mal pun bisa sepi karena orang enggan berbelanja. Padahal, ada penerimaan negara dari penjualan garmen bermerek tersebut.
"Saya bayangin, pertama dikenakan safeguard atau BMTP, kemduian barang ini makin mahal kemudian penjualan turun, kemudian disetop nggak impor, kemudian mal-mal itu pada kosong gimana. Padahal mal itu kalau kita nyewa, Anda tahu kan bayar PPN per m2, PPN itu ke pemerintah 10%," ujarnya.
Selain PPN, ada juga penerimaan negara yang berasal dari PPh Final, pajak dari karyawan, hingga pajak perusahaan.
"Kedua selain bayar PPN kita harus motong PPh Final 10% juga. Jadi kalau kita nyewa ruang 1.000 m2 buat buka merek A, itu rental yang kita bayar per bulan 1.000 m2 itu 10% bayar PPN ke pemerintah, 10% kita harus motong dari developer dari mal kita yang peritel bayar ke pemerintah. Bayangin pemerintah udah dapat 20%. Belum nanti PPh 21 karyawan, belum lagi perusahannya ada PPh badan," paparnya.
Kembali, jika itu diterapkan akan memberikan efek domino. Menurutnya, orang bisa enggan pergi ke mal untuk belanja. Kemudian toko-toko di mal bisa tutup.
"Kemudian kedua efek domino, orang ninggalin mal, tokonya ditutup. Kaya sekarang Anda lihat Giordano, ada di Plaza Senayan, Plaza Indonesia, Senayan City itu kan mendatangkan income semua untuk pemerintah. Kalau kemudian harga naik, penjualan kecil mungkin dia tutup dua, tinggal satu aja dipertahankan di Plaza Indonesia. Senayan City sama Plaza Senayan tutup," ujarnya.
(acd/dna)