Besarannya sebetulnya tidak banyak, menurutnya yang penting ada uang saja yang masuk ke dalam plastik pengumpul uang. Setelah diberikan uang, baru proses pengambilan kontainer bisa berjalan.
"Kalau dia (sopir truk) nggak jeli mungkin banyak, yang penting itu ngasih aja. Kalau udah kelihatan dikasih di situ dia akan jalan," kata Agung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah barang dan kontainer selesai diambil, maka kendaraan akan ke luar dari pelabuhan, sebelum itu ada proses gate out di gerbang ke luar. Nah di sini praktik pungli kembali terjadi, modusnya persis seperti di gerbang masuk. Tak ada jatah buat petugasnya, truk tak bisa lewat.
"Setelah proses muat barang kita akan keluar, setelah keluar kita lakukan proses sama itu di gate out. Akan ada petugas yang input data kontainer sudah muat dan siap keluar pelabuhan. Petugasnya kita juga sering kasih, kalau nggak ngasih, ada masalah kayak di gate in," ungkap Agung.
Akhirnya sopir truk hanya tinggal membawa barang dan kontainer ke depo, tapi tunggu dulu masalah pungli belum kelar. Di jalan menuju depo, sopir truk masih juga harus memberikan uang pungutan liar.
Di luar pelabuhan praktik pungli berubah lebih ekstrim alias palak memalak, tak jarang pemerasan pun dilakukan. Apalagi kalau jalan macet di sekitar pelabuhan. Permintaannya juga beragam, rokok hingga uang. Minimal bila minta uang, Rp 5.000 harus diberikan.
"Ketika macet, biasanya ada kelompk orang sengaja minta, uang lah, rokok lah, apa lah. Itu yang kami anggap penyakit masyarakat juga, sulit sekali dihilangkan," kata Agung.
Tindak palak memalak ini juga tak jarang dibumbui kekerasan, mulai dari dilempari batu hingga ada juga sopir yang dilukai dengan senjata tajam.
"Malah dulu itu ada titik rawan itu sampai ada yang dilukai sajam juga ada, dipukul pakai alat juga pernah ada," beber Agung.
Menurut Agung, beban yang dipikul oleh sopir truk karena pungli ini cukup berat. Pasalnya, rata-rata 10-20% ongkos jalan para sopir harus disiapkan buat pungli, padahal hanya dari ongkos jalan itu lah pendapatan para sopir. Gaji bulanan tidak ada sama sekali.
"Misal dari ongkos Rp 500 ribu, dia akan beli solar, kemudian uang tol, kemudian makan. Mungkin dari Rp 500 ribu sekitar 10-20% uang untuk pungli," jelas Agung.
(hal/fdl)