Peternak Hewan Kurban Ogah Piara Sapi, Katanya Nggak Laku

Peternak Hewan Kurban Ogah Piara Sapi, Katanya Nggak Laku

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Senin, 12 Jul 2021 17:42 WIB
Kurban Idul Adha
Foto: iStock
Jakarta -

Pandemi COVID-19 membuat penjualan hewan kurban lesu. Menurut Haji Doni, pemilik Mal Hewan Kurban di Depok, banyak sapi miliknya tidak laku dijual sebagai hewan kurban tahun lalu.

Dia mengatakan sapi-sapi yang tak laku saat musim kurban tahun lalu bakal dijual lagi tahun ini. Dia terpaksa merawat dan menawarkan kembali sapi-sapi itu tahun ini. Jika tidak, kerugiannya akan lebih besar kalau hanya menjual dalam bentuk daging yang sudah dipotong.

"Stok kita memang cukup banyak. Karena 2020 itu banyak juga hewan tak terjual sebenarnya, kalau nggak kita jual lagi dan mau dipotong mereka ini rugi," ungkap Doni dalam diskusi virtual FMB 9, Senin (12/7/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya bila sapi-sapi yang tak laku itu dijual dalam bentuk daging, kemungkinan tidak akan laku di pasar. Sudah banyak beredar daging kerbau impor dari India yang lebih murah harganya.

"Karena impor daging kerbau itu banyak, dan daging kerbau ini murah, dia akan berhadapan dengan daging kerbau 7 ribu per kilo. Kalah kita. Jadi kalau harus potong dijual daging ruginya akan besar," ungkap Doni.

ADVERTISEMENT

Hal itu bukan cuma dirasakan olehnya, menurut Doni, banyak juga peternak hewan kurban yang sapinya tidak laku di 2020. Ujungnya, kini para peternak mulai enggan memelihara dan beternak sapi untuk dijual sebagai hewan kurban.

"Justru jadinya banyak peternak nggak mau piara sapi lagi karena hal ini," pungkas Doni.

Sementara itu, menurut Ketua Dewan Pengurus Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Nanang Purus Subendro tahun ini kemungkinan permintaan hewan kurban akan turun. Masyarakat yang masih berminat membeli pun kebanyakan mencari hewan kurban dengan harga yang murah.

Dia menjelaskan, untuk permintaan sapi saja kebanyakan masyarakat mencari yang di bawah Rp 23 juta, padahal kebanyakan sapi harganya jauh lebih mahal dari itu.

"Sehubungan dengan demand menurun, memang daya beli turun. Hewan kurban yang diminati pun relatif kecil. Banyak yang cari harga di bawah Rp 23 juta syaratnya yang penting gemuk dan dewasa, gigi permanen tumbuh dua. Padahal sapi lain itu di atas segitu jadi kurang diminati," papar Nanang dalam diskusi yang sama.

Di sisi lain, saat ini telah terjadi penurunan 50% permintaan hewan kurban di tingkat pedagang hewan kurban dadakan. Padahal, para pedagang juga sudah mengurangi jumlah pasokan yang dijualnya.

"Di H-8 saja nih, permintaan masih banyak di bawah 50% dari yang disiapkan. Padahal pedagang di lapangan juga mengurangi jumlah stok di lapangan," ungkap Nanang.




(hal/das)

Hide Ads