Indonesia kembali turun kelas menjadi negara berpenghasilan menengah ke bawah. Padahal, tahun lalu untuk pertama kalinya Indonesia meraih predikat negara berpenghasilan menengah ke atas atau satu level di atas kelas saat ini.
Kejadian turun kelas seperti ini ternyata di alami Indonesia bukan cuma sekali. Peneliti Indef Ahmad Heri Firdaus mengatakan, di tahun 1998 Indonesia juga sempat turun kelas.
Dia menjelaskan pada 1996 Indonesia baru saja naik menjadi negara berpenghasilan menengah ke bawah dari awalnya kelas negara berpenghasilan rendah. Dua tahun berselang atau di 1998 Indonesia turun kelas lagi dan kembali menjadi negara berpenghasilan rendah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, Indonesia baru bisa naik kelas lagi di tahun 2004 menuju negara berpenghasilan menengah ke bawah. Itu artinya butuh sekitar 7 tahun bagi Indonesia untuk naik kelas lagi.
"Indonesia beranjak ke lower middle income (berpenghasilan menengah ke bawah) itu baru 2004. Tapi sebenarnya, tahun 96-97 kita sudah masuk lower middle, tapi turun jadi lower income (berpenghasilan rendah) di 98. Jadi ternyata, kita turun level bukan hari ini aja," ungkap Ahmad Heri dalam diskusi virtual Indef, Selasa (13/7/2021).
Selepas itu, sejak 2004 Indonesia butuh setidaknya 15 tahun lagi untuk naik menjadi negara berpenghasilan menengah ke atas alias upper middle income di 2019. Sayangnya, baru mendapatkan predikat itu setahun, Indonesia kembali turun kelas.
"Indonesia belum jelas selama apa di zona middle income," ungkap Ahmad Heri.
Di sisi lain, ekonom senior Indef Didin Damanhuri mengatakan pada tahun 1970-an sebenarnya Indonesia sejajar dengan Korea Selatan dan Malaysia. Pendapatan per kapita ketiga negara ini berada US$ 70 kala itu.
Tapi kalau dilihat saat ini, Korea Selatan justru paling cepat tumbuhnya. Negeri ginseng pun telah masuk hub negara kaya pada 1980-an. Kini pendapatan per kapita mereka pada 2019 mencapai US$ 33.000. Meski kemudian, turun tipis menjadi US$ 31.500 di 2020.
Sedangkan Malaysia, saat ini memiliki pendapatan per kapita sebesar US$ 12.500 di 2019. Lalu turun di 2020 yakni di kisaran US$ 11.500.
"Mereka jauh sekali, padahal kita juga sama-sama sudah 40 tahun lebih melakukan pembagunan ekonomi secara sistematis. Tapi hasilnya, masih sepertiganya Malaysia dan sepersepuluhnya Korsel," ungkap Didin dalam diskusi yang sama.
Didin menilai masalah utamanya adalah Indonesia kurang melakukan strategi industrialisasi. Menurutnya, baik Malaysia dan Korea Selatan melakukan strategi industrialisasi secara konsisten dan masif.
Sementara di Indonesia dia menilai strategi itu kendor setelah orde baru lengser. Dia menilai Indonesia sudah tak lagi melakukan industrialisasi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat secara baik.
"Indonesia hanya melakukan strategi ini dari sejak awal 80 sampai akhir 90, ke sininya kita hilang perspektif industrialisasi. Tidak ada grand desain, blueprint dan peta jalan. Sudah hampir tidak ada perspektif itu," jelas Didin.
Lihat video 'Duh! RI Turun Kelas Jadi Negara Penghasilan Menengah ke Bawah':