Department Head of Research ITS Indonesia Yossyafra mengatakan Indeks Daya Saing Perjalanan dan Pariwisata Dunia (TTCI) Indonesia saat ini ada di ranking 40. Angka tersebut adalah capaian yang baik jika dibandingkan posisi 2008 yang ada di urutan 80.
Meski demikian, masih ada beberapa catatan yang perlu diperbaiki Indonesia. Di antaranya masalah keselamatan, keamanan, kesiapan ICT (internet, communication, and technology), dan sub indeks infrastrukturnya.
"Tantangan implementasinya mengintegrasikan pengelolaan data, integrasi kelembagaan dan regulasi, integrasi aplikasi, integrasi jaringan antarmoda, dan pembangunan SDM," jelasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Urusan keberlanjutan lingkungan, salah satu kolaborasi dengan pelaku industri yang telah dilakukan dalam membangun sistem transportasi cerdas adalah pengembangan ekosistem kendaraan bermotor listrik di Indonesia oleh Grab. Hingga 2020, Grab Indonesia telah mengoperasikan 5.000 kendaraan berbasis listrik yang telah mengantarkan lebih dari 2 juta pemesanan.
Managing Country Director Grab Indonesia mengatakan, hal ini telah mengurangi 350 ribu ton CO2 berkat kendaraan bebas emisi tadi. Ini adalah salah satu elemen transportasi cerdas yang mendukung keberlanjutan lingkungan. Hingga 2025, Grab menargetkan pengoperasian 26 ribu KBL yang tentunya akan semakin mengurangi kontribusi emisi karbon CO2 terhadap lingkungan.
Namun demikian, para pelaku industri juga mengaku masih membutuhkan dukungan dari pengambil kebijakan agar mendapatkan kepastian keberlanjutan pengembangan kendaraan listriknya di Tanah Air.
Misalnya kekhawatiran biaya pembelian kendaraan listrik mulai dari produksinya, pajak impornya, lalu biaya parkirnya, dukungan teknisinya, jaringan pengisian dayanya, hingga insentif pengembangan dan standarisasi baterai.
Pengembangan sistem transportasi dan pariwisata cerdas disambut baik oleh masyarakat. Kadek Arini sebagai penikmat wisata yang juga menjadi travel influencer berharap pengembangan ITS di Indonesia bisa memperbanyak informasi pariwisata daerah di Indonesia dan memperbaiki layanan transportasinya seperti penyediaan fasilitas shuttle bus dari bandara ke pusat kota.
"Harapannya destinasi wisata yang terintegrasi di Indonesia nantinya dapat bersaing di kancah internasional," kata Kadek.
(eds/ara)