Modal Awal Rp 500 Ribu, Eks Tukang Koran Ini Punya 71 Cabang Resto Ayam

Modal Awal Rp 500 Ribu, Eks Tukang Koran Ini Punya 71 Cabang Resto Ayam

Angga Laraspati - detikFinance
Jumat, 16 Jul 2021 13:32 WIB
Shopee
Foto: Shopee
Jakarta -

Modal yang cukup memang menjadi salah satu kunci untuk memulai sebuah bisnis yang idam-idamkan. Tapi, apa jadinya bila modal yang dimiliki terbatas? Tentunya akan menjadi tantangan bagi siapapun yang ingin memulai sebuah bisnis.

Tetapi, hal tersebut bukan menjadi masalah bagi Owner Ayam Goreng Nelongso, Nanang Suherman yang memulai bisnis beromzet ratusan juta miliknya dengan modal yang terbatas. Nanang memulai bisnis yang kini sudah memiliki 71 outlet tersebut dengan modal Rp 500.000 saja!

Singkat cerita, Nanang memaksakan diri untuk kuliah walau orang tuanya tidak sanggup untuk membayar. Karena kondisi tersebut, di tahun 2005, Nanang rela berjualan koran di lampu merah untuk memenuhi kebutuhannya saat kuliah. Seiring berjalannya waktu, banyak bisnis yang ia jalani mulai dari properti hingga pabrik biji plastik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Naas, usaha terakhir yang ia jalani bisa dikatakan gagal. Ia pernah terpaksa tidur di pom bensin bersama istrinya selama 2 minggu karena tidak memiliki uang untuk mencari kos-kosan. Usai istrinya gajian, dengan uang Rp 500.000, ia nekat untuk membuka usaha Ayam Goreng Nelongso.

"Sudah tidak ada pilihan lagi banyak cuma Rp 500.000 saya tetap berusaha untuk punya bisnis itu. Ternyata Insyaallah, tuhan itu memberikan jalan juga selama kita mau berusaha. Setidaknya kita kan pada dasarnya untuk masalah memilih, kebanyakan kita kan masih memikirkan pilihan sing menyenangkan dan lain-lain," ungkap Nanang dalam dalam acara ShopeePay Talk yang digelar secara virtual, Jumat (16/7/2021).

ADVERTISEMENT

"Tapi kalau bagi saya sendiri yang penting saat itu ya makan aja gitu," sambungnya.

Dalam memulai sebuah bisnis, menurut Nanang, orang awam kerap memikirkan yang penting hanya sekedar buka saja. Padahal menurutnya, yang terpenting adalah mengenal terlebih dahulu target pasar yang ingin dituju oleh bisnis yang kita miliki.

"Kalau saya saat itu langsung concern ke target market, sehingga saya setia ke target market tersebut. Terutama target market saya kan 70% mahasiswa, 20% yang mau jadi mahasiswa, 10% mantan mahasiswa," kata Nanang.

Pemilihan target market tersebut pun berimbas juga pada pemilihan tempat pembukaan cabang baru Ayam Goreng Nelongso. Nanang mengatakan 71 tempat pembukaan cabang yang ia pilih berdasarkan target market yang ia pilih.

Bahkan, di era pandemi saat ini 71 cabang Ayam Goreng Nelongso tidak ada yang tutup satupun. Ini dikarenakan pemilihan target market yang dipilih oleh Ayam Goreng Nelongso yaitu daerah penghasil mahasiswa.

"Akhirnya kita nggak usah berpikir panjang, di mana tempat penghasil mahasiswa, ya sudah kita deketin di situ. Syukur alhamdulillah juga di tempat penghasil mahasiswa itu ternyata sampai jadi penyumbang omzet tertinggi bagi Ayam Goreng Nelongso," tutur Nanang.

Nanang juga mengatakan, untuk menjalankan sebuah bisnis diperlukan juga adaptasi terhadap target pasar yang dituju oleh bisnis. Apabila tidak ada adaptasi, maka bisnis yang dijalani tidak dapat bertahan dan survive.

Kisah lainnya dibagikan oleh Brand and Marketing Director COTTONINK, Ria Sarwono. Memulai bisnis berdua dengan temannya dengan modal Rp 1 Juta saja, kini bisnis fashion lokal miliknya sudah memiliki beberapa gerai di berbagai pusat perbelanjaan besar di Jakarta.

Dalam memulai usahanya dari nol, Ria mengatakan hal pertama yang dilakukan adalah menanyakan terlebih dahulu hal-hal simple seperti orang mau memakai baju seperti apa, nyaman atau tidak, apakah orang cocok memakai bajunya.

"Emang dari awal itu kita memang selalu berkomitmen untuk bikin produk yang nggak kaleng-kaleng. Jadi kalo misalkan emang satu baju dihargai Rp 250.000, ya kualitasnya juga harus menggambarkan baju Rp 250.000, bukan baju murah yang kita jual," ungkap Ria.

Lalu yang kedua menurut Ria adalah benar-benar mencari cara agar cost produksi tidak sebanyak yang dibutuhkan. Ia pun memilih untuk membuka toko online di awal-awal bisnisnya, dibandingkan harus membuka toko offline untuk pertama kalinya.

"Kita lihat belum ada platform online ya pada waktu di tahun 2008 orang juga belum aware. Jadi yang tahun 2008 itu karena kita belum punya toko fisik, ya kita jualan lewat online store. Kita jualan lewat sosial media," tuturnya.

Sementara itu, Entrepreneur & Founder Negeri Pembelajar Edu-tech Fellexandro Ruby menjelaskan untuk memulai sebuah bisnis dengan modal terbatas adalah dengan meminimalisir risiko. Seperti contoh adalah risiko takut barang tidak laku, bisa diatasi dengan cara membuka pre-order.

Kedua adalah takut tidak memiliki market atau tidak dipertemukan dengan pembeli, cara yang bisa dilakukan adalah dengan bekerja sama dengan influencer, sehingga pengusaha mampu membuat produk yang sesuai dengan target mereka.

"Jadi buat management risk, selama kita punya itungannya, saya rasa buat temen-temen yang mau mulai (bisnis) gak usah terlalu dipusingin, dihitung dengan baik, harusnya sih bisa," jelas Ruby.

Di sisi lain, seorang pengusaha yang baik harus bisa melacak dan mencatat pengeluaran, langkah ini dinilai sangat penting sebagai pengambil keputusan dan langkah selanjutnya dalam sebuah bisnis. Oleh karena itu, menurut Ruby pencatatan keuangan yang baik adalah langkah yang tepat dalam menjalankan sebuah bisnis.

"Mungkin dalam casenya Shopeepay dimudahkan karena sekarang minimal keuangan transaksi itu sudah bisa dihadirkan secara real time dari aplikasi Shopeepay," tuturnya.




(ega/dna)

Hide Ads