Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusron mengungkapkan, kondisi hotel dan restoran di tengah penerapan PPKM level 3 dan 4. Dia mengatakan, meski ada beberapa pelonggaran namun tak memberikan efek yang signifikan bagi industri tersebut.
"Kita masih bicara mampu bertahan, bukan recovery atau bangkit," ujar Maulana saat dihubungi detikcom, (27/7/2021).
Lebih lanjut, tak sedikit perhotelan yang bangkrut dan tutup permanen di situasi sulit ini. Menurutnya, perlu ada intervensi kebijakan yang efektif dari pemerintah untuk mempertahankan sektor pariwisata.
"Semangat tetap semangat namun kalau tidak diintervensi oleh pemerintah kita sulit juga. PPKM darurat tidak disertai kebijakan meringankan beban usaha otomatis banyak usaha yang mengalami gagal bayar nantinya. Kami belum melihat pemerintah melakukan hal ini," ujarnya.
Dia berpendapat, di PPKM level 4 kondisi hotel tak jauh berbeda dengan tahun lalu di mana fasilitas lain tidak dapat digunakan. Padahal, pendapatan paling banyak dihasilkan dari penyewaan ballroom untuk Wedding atau Meeting.
"Kalau level 4 ini yang masih jadi masalah kan tentu hotel ini efektif hanya sebagai tempat menginap, karena fasilitasnya tidak bisa dimanfaatkan untuk digunakan event. Meski kontribusinya cukup besar di hotel dari sisi pendapatan," sambungnya.
Sementara itu, pada level 3 pihaknya memprediksi masih ada peningkatan meskipun di tingkat minimal. Masih jauh dari kata normal. Setidaknya, kata dia, dapat membuat hotel tersebut bertahan.
Dari sisi okupansi, industri hotel dan restoran diprediksi akan kembali anjlok hingga Agustus terkait dengan pelaksanaan PPKM. Mengingat di akhir tahun, target pasar hotel salah satunya dari bisnis tourism namun tak akan tercapai karena adanya kebijakan yang berbeda.
"Sementer II ini secara year on year sebenarnya target market kita adalah bisnis tourism biasanya lebih kepada kegiatan-kegiatan pemerintah. Kita tahu kan waktu itu sudah ada statement dari Kemenkeu bahwa perjalanan dinas dan rapat di hotel itu dikurangi karena refocusing anggaran untuk menyelesaikan covid. Nah tentu ini menjadi tantangan tersendiri," ungkapnya.
Sementara itu, berkaca dari tahun lalu, pada Juni-Desember 2020 okupansi mengalami pertumbuhan di masa libur. "Sekarang ini agak sulit, karena cuti bersama sudah dipotong, 2021 dipotong. Situasi pergerakannya juga sudah lumayan berbeda," pungkasnya.
(dna/dna)