IMF Sebut Proyeksi Ekonomi Negara Kaya Membaik, Gara-gara Apa?

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Rabu, 28 Jul 2021 09:45 WIB
Foto: AP/Michel Euler
Jakarta -

Dana Moneter Internasional (IMF/International Monetary Fund) menilai prospek ekonomi untuk negara-negara kaya menjadi lebih baik, sementara ekonomi berkembang tertinggal.

Mereka mengkonfirmasi prediksinya bahwa ekonomi global akan tumbuh hanya sebesar 6% tahun ini. Namun, perkiraan pertumbuhan untuk negara-negara seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada telah meningkat. Sementara itu, ekspektasi untuk India dan negara-negara di Asia Tenggara telah turun kembali.

Dilansir dari CNN, Rabu (28/7/2021), IMF mengatakan perbedaan itu sebagian besar disebabkan oleh akses dan tingkat penyuntikan vaksinasi COVID-19.

"Akses vaksin telah muncul sebagai garis patahan utama di mana pemulihan global terbagi menjadi dua blok. Blok yang dapat menantikan normalisasi aktivitas lebih lanjut akhir tahun ini dan blok yang masih akan menghadapi infeksi yang bangkit kembali dan meningkatnya COVID-19," ungkap IMF dalam laporan terbarunya.

IMF menjabarkan sekitar 40% dari populasi di negara-negara maju telah divaksinasi penuh. Sementara di negara-negara berkembang, tingkat vaksinasi hanya lah 11%.

Mereka memprediksi bahwa ekonomi AS akan tumbuh sebesar 7% tahun ini, 0,6 poin persentase lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. Inggris juga diperkirakan akan meningkat menjadi sebesar 7%, revisi naik 1,7 poin persentase.

Kemudian, 19 negara yang menggunakan euro akan mengalami pertumbuhan 4,6%, peningkatan 0,2 persentase, sementara untuk Kanada berada di jalur untuk pertumbuhan 6,3%, peningkatan 1,3 poin persentase.

Lalu, China diprediksi mencatat pertumbuhan sebesar 8,1%, sedikit revisi ke bawah di tengah kekhawatiran bahwa pemulihan ekonomi di sana bisa kehilangan tenaga.

Di sisi lain, proyeksi pertumbuhan ekonomi di India mengalami penurunan peringkat yang cukup besar menyusul gelombang infeksi COVID-19 baru-baru ini. Ekonomi India diperkirakan tumbuh sebesar 9,5% tahun ini, dibandingkan dengan proyeksi 12,5% pada bulan April.

"Tingkat vaksinasi yang lebih cepat dari perkiraan dan kembali normal telah menyebabkan peningkatan, sementara kurangnya akses ke vaksin dan gelombang baru kasus COVID-19 di beberapa negara, terutama India, telah menyebabkan penurunan peringkat," kata kepala ekonom IMF Gita Gopinath.




(hal/fdl)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork