Segala pendampingan itu dibentuk dalam sebuah koperasi. Tidak hanya pendampingan tetapi Rengkuh dan timnya juga menyediakan alat-alat untuk produksi yang mudah digunakan oleh masyarakat setempat.
"Kami coba proses membangun koperasi ini dengan matang, dari keuangan sampai dengan distribusi kami juga mencoba menyediakan alat-alat produksi yang lebih efisien dan adaptif dan digunakan sederhana oleh masyarakat," kata Rengkuh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rengkuh pun meluruskan dengan melibatkan masyarakat dalam produksi kemasan sekali pakai dari pelepah pinang, dirinya tidak mengambil waktu masyarakat yang dominasi bekerja sebagai petani. Tetapi hanya mempergunakan waktu kosong petani agar lebih produktif dan bisa menghasilkan pundi-pundi uang.
"Kami ini mengoptimalisasi waktu petani, dari biasanya mereka ke ladang dari jam 6 pagi sampai 11 siang. Waktu sisa itu kami coba untuk isi dengan memproduksi pelepah," kata Rengkuh.
Tujuan Rengkuh membangun bisnis ini untuk mencari alternatif kemasan makanan yang ramah lingkungan untuk mengurangi penggunaan kemasan sekali pakai yang berdampak pada pemanasan global, yang merupakan salah satu isu saat ini di Indonesia.
Rengkung mengungkap kemasan makanan yang diproduksi dari pelepah pinang ini mampu terurai oleh tanah dengan waktu 60 hari dan paling cepat 2 minggu.
(ara/ara)