Menteri Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto mengatakan, skema penanganan pandemi COVID-19 ke depan akan mengalami perubahan. Saat ini, kata dia, pemerintah diminta Presiden Joko Widodo untuk membuat road map atau peta jalan peralihan kebiasaan dari pandemi menjadi epidemi.
"Pemerintah sesuai dengan arahan bapak Presiden bahwa selama pandemi ini terus masih ada dan kita diminta untuk membuat road map terkait dengan peralihan dari pandemi menjadi epidemi," kata Airlangga dalam Rakerkonas Apindo secara virtual, Selasa (24/8/2021).
Dia mengungkapkan, salah satu syarat perubahan pandemi ke epidemi yaitu terjadinya penurunan kasus positif COVID-19 harian harus di bawah 100 ribu. Dia menilai, saat ini sudah terjadi penurunan kasus ditambah penurunan level PPKM.
"Nah tentu persyaratannya kita turunkan kembali kasus harian di bawah 100 ribu per hari. Nah sekarang kita sudah melihat terjadi penurunan dan beberapa daerah level PPKM nya level di 4, 3 dan 2. Pak presiden berharap bahwa levelling dari PPKM ini disesuaikan dengan angka kasus aktif secara total per harinya berapa," jelasnya.
Dia mengatakan, antara mobilitas dan pertumbuhan ekonomi memiliki tingkatan yang sebanding. Jika mobilitasnya tinggi, kata dia, maka pertumbuhan ekonominya tinggi.
"Maka dia berbanding terbalik dengan jumlah kasus. Di April, Mei, Juni kasus harian 100 ribu. Maka kita bisa menggenjot pertumbuhan ekonomi 7,07%. Pada saat kasus naik, puncaknya sampai dengan 573 ribu maka pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan menurun karena kita memberlakukan PPKM," katanya.
Airlangga juga mengatakan, pertumbuhan ekonomi secara spasial sudah terjadi. Pihaknya mencatat kontribusi dari manufaktur masih mendominasi. Di Jawa, manufaktur tumbuh 57,92% dan pertumbuhannya lebih tinggi dari nasional yaitu tumbuh 7,88%.
Kemudian, Sumatera yang basisnya kebun sawit, karet, dan sumber daya minyak dan tambang tumbuh 5,27% serta 21,73% kontribusinya untuk ekonomi nasional. Kalimantan yang memiliki basis batu bara dan perkebunan, pertumbuhannya 6,28%.
"Kita lihat Sumatera dan Kalimantan ini dibantu sawit. Sulawesi pertumbuhan di atas nasional berbasis nikel ini 8,51% dan terhadap kontribusi nasional 6,88%. Maluku-Papua juga berbasis logam itu juga naik. Nah memang Bali-Nusa Tenggara ini basisnya tourism, ini agak ketekan ke bawah, namun pertumbuhannya sudah positif yaitu 3,7%. Ini adalah suatu hal yang sifatnya baik," pungkasnya.