Virus COVID-19 terus bermutasi dengan cepat. Belum selesai mengendalikan varian Delta, kini varian Lambda jadi momok baru. Bahkan varian virus terbaru yang dikenal juga dengan nama resmi C37 sudah mulai menyebar ke negeri tetangga, Filipina.
Hal ini pun mulai bikin was-was pemerintah. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu mengatakan saat ini pemerintah sedang mengawasi varian COVID-19 terbaru ini. Termasuk hitung-hitungan dampaknya terhadap ekonomi Indonesia.
Febrio menilai varian Lambda bisa berdampak pada kegiatan ekonomi. Meski begitu, pemerintah akan terus mengamati perkembangan varian tersebut.
"Ini memang menjadi pembicaraan di global, di banyak negara Amerika Latin khususnya, kita terus mengamati ini bagaimana perkembangannya, dan tentunya tim Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN) terus siap melihat ini," kata Febrio dalam konferensi pers virtual, Rabu (18/8/2021).
Varian Lambda menambah daftar varian baru yang sebelumnya sudah dikenal banyak orang. Mulai dari varian Alpha, Beta, Gamma, dan Delta. Bahkan varian Delta, yang diketahui cepat menular masih belum sepenuhnya bisa dikendalikan penyebarannya.
Febrio menjelaskan pertumbuhan ekonomi selama pandemi akan selalu berhadapan dengan ketidakpastian baik di 2021 maupun 2022. Itu sebabnya, pihaknya menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi di 2021 menjadi 3,7% - 4,5%, turun dari proyeksi sebelumnya di 4,5%-5,3% secara tahunan.
"Bahkan banyak negara sebetulnya di awal tahun lalu, sejak 2020 membayangkan akhir 2021 adalah akhir dari pandemi dan ternyata tidak. Sama aja dengan kondisi sekarang, delta menjadi headline di 2021, kita tidak mengasumsikan bahwa tidak ada kelanjutan dari pandemi di 2022," ujarnya.
Febrio menambahkan, pengendalian pandemi dari ancaman mutasi virus akan teratasi sejalan dengan percepatan pelaksanaan vaksinasi dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Pemerintah menambahkan target vaksinasi menjadi 2 juta perhari agar herd immunity segera tercapai.
Meski berada dalam ketidakpastian, namun yang membedakan ialah Indonesia memiliki pengalaman dua tahun untuk optimis mengenai penanganan kesehatan dan pemulihan ekonomi. "Bedanya adalah kita punya pengalaman 2 tahun, yang pengalaman kita bisa siap dengan living with endemic. Itu mungkin yang menjadi harapan dan optimis kita di 2022," jelasnya.
Sekedar informasi, pemerintah menetapkan pertumbuhan ekonomi berada di kisaran 5,2-5,8% pada tahun depan. Angka itu tercatat dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun 2022.
(hal/eds)