Miris! Warga Afghanistan Kehabisan Uang Tunai, Semua Bank Tutup

Miris! Warga Afghanistan Kehabisan Uang Tunai, Semua Bank Tutup

Trio Hamdani - detikFinance
Sabtu, 28 Agu 2021 16:15 WIB
Taliban fighters patrol as two Traffic policemen stand, left, in Kabul, Afghanistan, Thursday, Aug. 19, 2021. The Taliban celebrated Afghanistans Independence Day on Thursday by declaring they beat the United States, but challenges to their rule ranging from running a country severely short on cash and bureaucrats to potentially facing an armed opposition began to emerge. (AP Photo/Rahmat Gul)
Taliban/Foto: AP/Rahmat Gul
Jakarta -

Taliban di Afghanistan menghadapi 'bom waktu'. Ancaman akan segera terjadi, di mana sistem perbankan negara yang dilanda perang berada di ambang kehancuran.

Hampir dua minggu setelah Taliban merebut kekuasaan, bank-bank Afghanistan tutup. Itu telah membuat banyak orang tidak memiliki akses memperoleh uang tunai.

"Tidak ada yang punya uang," kata seorang pegawai bank sentral Afghanistan dikutip dari CNN, Sabtu (28/8/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karyawan tersebut meminta identitasnya dirahasiakan karena khawatir akan keselamatannya. Lebih lanjut menurut keterangannya banyak keluarga tidak memiliki cukup uang untuk pengeluaran harian mereka dan beberapa gaji mandek.

Semua itu menimbulkan momok krisis ekonomi dan kemanusiaan yang parah di Afghanistan, hanya beberapa minggu setelah pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban.

ADVERTISEMENT

Tantangan utamanya adalah ekonomi Afghanistan sangat bergantung pada akses ke mata uang asing dan bantuan internasional, yang mana sebagian besar telah diblokir sejak jatuhnya Kabul.

Kata sumber bank sentral, bank-bank Afghanistan masih tutup beberapa hari setelah Taliban memerintahkan mereka dan layanan lainnya untuk dibuka kembali, karena mereka hampir kehabisan uang.

"Afghanistan dan sektor perbankannya berada pada 'titik nyala eksistensial' di mana keruntuhan sektor perbankan sudah dekat," bunyi memo 23 Agustus yang dikirim oleh Kamar Dagang Afghanistan-Amerika.

Memo itu ditulis oleh kelompok kerja perbankan dan keuangan yang terdiri dari bank-bank komersial utama Afghanistan, pelanggan dan investor.

Bank sentral Afghanistan tampaknya berada dalam kekacauan. Banyak karyawan bank sentral saat ini tidak diizinkan kembali ke kantor sejak Taliban mengambil alih kekuasaan.

"Rekan kerja saya khawatir dengan nasib mereka yang tidak jelas," kata sumber itu.

Memo Kamar Dagang Afghanistan-Amerika menunjukkan, setidaknya pada 23 Agustus kepemimpinan bank sentral menolak untuk menjawab komunikasi apa pun dari industri perbankan. Permintaan uang tunai dari bank sentral tidak diindahkan.

Kelompok perbankan Afghanistan mengatakan telah memutuskan untuk menutup semua bank di seluruh negara itu pada 15 Agustus dan belum dibuka kembali karena takut 'dilarikan' untuk simpanan.

Faktor lain yang dikutip dalam memo 23 Agustus itu adalah fakta bahwa Taliban tidak menunjuk seorang gubernur bank sentral yang baru. Kemudian pada hari itu, Taliban menunjuk Haiji Mohammad Idris, sebagai penjabat gubernur bank sentral.

Sedikit yang diketahui tentang kepala bank sentral yang baru. Dia tampaknya loyalis tanpa jenis resume atau pelatihan yang akan menginspirasi kepercayaan pada sistem perbankan Afghanistan.


Hide Ads