Taliban di Afghanistan menghadapi 'bom waktu'. Ancaman akan segera terjadi, di mana sistem perbankan negara yang dilanda perang berada di ambang kehancuran.
Hampir dua minggu setelah Taliban merebut kekuasaan, bank-bank Afghanistan tutup. Itu telah membuat banyak orang tidak memiliki akses memperoleh uang tunai.
"Tidak ada yang punya uang," kata seorang pegawai bank sentral Afghanistan dikutip dari CNN, Sabtu (28/8/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karyawan tersebut meminta identitasnya dirahasiakan karena khawatir akan keselamatannya. Lebih lanjut menurut keterangannya banyak keluarga tidak memiliki cukup uang untuk pengeluaran harian mereka dan beberapa gaji mandek.
Semua itu menimbulkan momok krisis ekonomi dan kemanusiaan yang parah di Afghanistan, hanya beberapa minggu setelah pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban.
Tantangan utamanya adalah ekonomi Afghanistan sangat bergantung pada akses ke mata uang asing dan bantuan internasional, yang mana sebagian besar telah diblokir sejak jatuhnya Kabul.
Kata sumber bank sentral, bank-bank Afghanistan masih tutup beberapa hari setelah Taliban memerintahkan mereka dan layanan lainnya untuk dibuka kembali, karena mereka hampir kehabisan uang.
"Afghanistan dan sektor perbankannya berada pada 'titik nyala eksistensial' di mana keruntuhan sektor perbankan sudah dekat," bunyi memo 23 Agustus yang dikirim oleh Kamar Dagang Afghanistan-Amerika.
Memo itu ditulis oleh kelompok kerja perbankan dan keuangan yang terdiri dari bank-bank komersial utama Afghanistan, pelanggan dan investor.