Menakar Kekuatan AirAsia yang Terjun ke Bisnis Transportasi Online

Menakar Kekuatan AirAsia yang Terjun ke Bisnis Transportasi Online

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Senin, 30 Agu 2021 09:03 WIB
ojol taksi online airasia
Foto: Dok. IG Tony Fernandes
Jakarta -

AirAsia terjun ke bisnis ride hailing alias transportasi online. Maskapai asal Malaysia ini meluncurkan layanan AirAsia Ride di tengah lesunya bisnis penerbangan.

CEO AirAsia Tony Fernandes mengumumkan layanan baru ini melalui media sosialnya. Dia menjelaskan taksi online akan tersedia di Malaysia, tepatnya di Kuala Lumpur dan Lembah Klang terlebih dahulu.

Tony juga mengatakan pihaknya berencana untuk meluncurkan layanan AirAsia Ride di negara lain. Beberapa negara Asia Tenggara jadi incarannya, mulai dari Thailand, Filipina, Singapura, tak terkecuali Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Respons dari driver (di Malaysia) sangat luar biasa dan masyarakat sangat menantikan layanan ini," ujar Tony pada peluncuran virtual dilansir dari MalayMail, Minggu (29/8/2021).

Bila diperhitungkan kekuatannya, saat ini menurut CEO AirAsia Ride Malaysia, Lim Chiew Shan layanan yang dibesut pihaknya ini sudah memiliki 1.500 pengemudi yang terdaftar dalam platform. Tambahan 5.000 orang lainnya diprediksi bakal bergabung selama enam bulan ke depan dengan rencana ekspansi nasionalnya.

ADVERTISEMENT

Secara pembagian hasil, AirAsia Ride hanya mengambil potongan dari para pengemudi sebesar 15%. Jadi, pengemudi AirAsia Ride dapat mengambil 85% pendapatan dari tarif sekali perjalanan.

"Ini akan membuat pendapatan lebih tinggi daripada yang ditawarkan oleh penyedia layanan pemesanan kendaraan lainnya di pasar, menjadikannya pilihan pekerjaan paruh waktu yang layak dan peluang penghasilan sampingan, kata Lim.

Sementara itu untuk tarif perjalanan, AirAsia Ride sendiri menawarkan tarif rata-rata 1 Ringgit Malaysia per km atau sekitar Rp 3.458 per km.

Dengan kekuatan seperti itu, seberapa besar AirAsia mampu bertahan di sektor transportasi online dan apakah layanan ini mampu menekan dominasi Gojek dan Grab di pasar Asia Tenggara?

lanjut ke halaman berikutnya

Ekonom Center of Reform of Economics (CORE), Yusuf Rendy Manilet menilai perjalanan AirAsia Ride dalam bisnis ride hailing kemungkinan tidak mudah. Pasalnya, bisnis semacam ini sudah dikuasai oleh raksasa Gojek dan Grab.

"Tentu ini menambah peta persaingan transportasi online di Asia Tenggara khususnya. Tentu tidak mudah kemudian masuk ikut bersaing di pasar oligopoli yang sudah diisi oleh dua raksasa seperti Grab dan Gojek," kata Yusuf Rendy, kepada detikcom.

Menurutnya, jika ingin masuk ke Indonesia strateginya harus ekstra, karena Grab dan Gojek sudah jauh di depan AirAisa dalam bisnis transportasi online. Membangun ekosistem pasar yang cepat jadi PR besar buat AirAsia Ride. Tapi, Yusuf Rendy menilai merek AirAsia yang sudah cukup dikenal menjadi modal besar di bisnis ride hailing.

"Apakah kemudian akan bertahan? Tentu perlu waktu untuk menjawabnya, hanya saja brand AirAsia yang sudah kuat bisa menjadi kekuatan tersendiri nantinya," jelas Yusuf Rendy.

Lebih lanjut, menurut pengamat transportasi MTI Djoko Setijowarno AirAsia masih bisa memberikan tekanan kepada Gojek dan Grab. Pasalnya nama AirAsia memang sudah besar dan diketahui masyarakat. Menurutnya, AirAsia hanya harus banyak melakukan promosi besar-besaran.

"Ini sih tinggal gimana kuat-kuatan dia promosinya saja," kata Djoko kepada detikcom.

Di sisi lain, Djoko menilai cara AirAsia untuk bisa menekan dominasi Gojek dan Grab adalah dengan memberikan potongan tarif yang lebih rendah daripada kompetitornya. Dengan begitu, maka AirAsia akan mendapatkan basis armada yang besar.

"Mereka yang penting kasih tarif murah, buat driver potongannya 10-15% saja. Kan kebanyakan 20% sekarang. Nanti juga pada masuk ke situ drivernya. Awalnya punya banyak driver dulu, jadi orderan banyak bisa diambil," papar Djoko.

Ketua Institut Studi Transportasi (Instran) Darmaningtyas menambahkan AirAsia juga harus inovatif dalam memanjakan konsumen. Promo-promo menarik harus dilakukan untuk menggaet konsumen mau menggunakan AirAsia.

"Semuanya ini kan hukum bisnis normal, yang inovatif dan memanjakan konsumen yang akan bertahan," ujar Darmaningtyas kepada detikcom.

Yang juga jadi pertanyaan, apakah layanan AirAsia Ride bakal ekspansi ke Indonesia juga? Djoko Setijowarno menilai layanan transportasi online AirAsia sudah pasti akan mengincar pasar Indonesia. Dia menilai tak lama lagi layanan ini bakal hadir di Indonesia.

Terlebih lagi permintaan perjalanan transportasi online masih besar di Indonesia, mengingat wilayahnya yang luas dan penduduknya cukup banyak.

"Pasti itu dia masuk ke Indonesia, mengingat pasar yang besar di Indonesia. Keuntungannya besar di sini," ungkap Djoko.

Bukan cuma dari penumpang, potensi AirAsia Ride untuk mendapatkan armada juga banyak mengingat saat ini pun driver transportasi online banyak jumlahnya.

Djoko mengatakan bila potongan penghasilan untuk driver lebih kecil ditawarkan dari penyedia jasa lainnya, bisa saja para driver memilih menjadi mitra AirAsia Ride.

"Dari drivernya juga kan banyak di sini, kalau potongan lebih rendah pasti banyak yang mau driver kan," kata Djoko.

Di sisi lain, Kementerian Perhubungan sendiri sebagai regulator transportasi di Indonesia mengaku belum mendapatkan info apapun soal rencana AirAsia Ride mengaspal di Indonesia.

"Belum ada notifikasi apapun ke kami," kata Juru Bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati kepada detikcom.

Yang jelas, Adita menjelaskan bila AirAsia Ride mau mengaspal di Indonesia, maka harus mendaftarkan aplikasi ke Kementerian Komunikasi dan Informatika. Syarat lainnya adalah perusahaan harus berbadan hukum Indonesia.

"Karena ini berbasis aplikasi maka harus mendaftar ke Kominfo dulu dan juga harus berbadan hukum Indonesia," jelas Adita.


Hide Ads