3. Minyak
Sementara itu, dalam laporan terbaru British Petroleum, kapasitas minyak diperkirakan 250-300 barel per hari yang memungkinkan Afghanistan memperoleh US$ 9 miliar dan US$ 100 juta per tahun dari sumber daya tersebut.
Para pejabat di De Afghanistan Bank (bank sentral) mengatakan bahwa Afghanistan membutuhkan US$ 6-7 miliar untuk pertumbuhan ekonominya yang sumber daya alamnya dianggap sebagai sumber pertumbuhan ekonomi yang baik.
4. Bantuan Asing
Afghanistan tak lebih dari sebuah negara yang bergantung dengan bantuan asing. Mengutip dari situs resmi Bank Dunia, hibah asing menjadi penopang 75% dari belanja publik Afghanistan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, pengeluaran untuk keamanan negara sebanyak 28% dari PDB pada 2019, angka itu jauh lebih besar dibandingkan negara lain yang berpenghasilan rendah, hanya 3% dari PDB mereka. Jadi, pengeluaran negara bersumber dari bantuan asing.
Padahal AS merupakan negara yang banyak menyumbang dana ke Afghanistan dan juga memiliki andil dalam pengusiran Taliban pada 2001 silam di Afghanistan.
Seperti dikutip dari Aljazeera, dana yang digelontorkan AS untuk membiayai proyek perang di Afghanistan telah berlangsung sejak 2001. Kini jika ditotalkan sudah mencapai US$ 2,26 triliun atau sekitar Rp 32.000 triliun (kurs Rp 14.375). Demikian dikutip menurut Proyek Biaya Perang di Brown University.
Triliunan uang itu disebut paling besar untuk menyumbang ke anggaran Operasi Kontingensi Luar Negeri untuk Departemen Pertahanan. Kemudian terbesar kedua sebesar US$ 530 miliar untuk pembayaran bunga atas uang yang dipinjam pemerintah AS guna mendanai perang.
Kemudian, AS juga telah mengalokasikan lebih dari US$ 144 miliar untuk rekonstruksi Afghanistan. Sebagian besar uang itu diberikan kepada kontraktor swasta dan LSM yang ditugaskan oleh pemerintah AS untuk melaksanakan sejumlah program dan proyek.
(ara/ara)