Perusahaan Kirim-kirim Uang Ini Bisa Rugi Rp 5,6 T Gegara Bitcoin, Kok Bisa?

Perusahaan Kirim-kirim Uang Ini Bisa Rugi Rp 5,6 T Gegara Bitcoin, Kok Bisa?

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Jumat, 10 Sep 2021 09:54 WIB
SALT LAKE CITY, UT - APRIL 26: A pile of Bitcoins are shown here after Software engineer Mike Caldwell minted them in his shop on April 26, 2013 in Sandy, Utah. Bitcoin is an experimental digital currency used over the Internet that is gaining in popularity worldwide. (Photo by George Frey/Getty Images)
Foto: Getty Images
Jakarta -

Di El Salvador, menerima remitansi atau pengiriman uang dari luar negeri merupakan hal yang biasa terjadi di pada mayoritas warganya. Remitansi adalah transfer uang yang dilakukan pekerja asing ke penerima di negara asalnya.

Melansir dari CNBC, Jumat (10/9/2021), remitansi mencakup hampir seperempat dari PDB El Salvador, dan sekitar 70% populasi menerimanya. Transfer remitansi bulanan rata-rata adalah US$ 195.

Untuk rumah tangga yang menerima remitansi, jumlah tersebut mencapai 50% dari total pendapatan mereka. Jadi penyaluran uang tunai dari luar negeri kembali ke rumah ke El Salvador sangat penting untuk kelangsungan hidup sebagian besar warganya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut data resmi, sekitar 60% dari uang tunai itu datang melalui perusahaan pengiriman uang seperti Western Union dan 38% melalui lembaga perbankan. Biaya bervariasi menurut perusahaan, tetapi biasanya, semakin kecil pembayaran, semakin tinggi persentase biaya administrasinya.

Hal ini tentu dapat menjadi beban tersendiri bagi pengirim maupun penerima dana remitansi tersebut. Selain biaya transfer yang mahal, pengiriman dana menggunakan jasa perusahaan pengiriman uang maupun perbankan membutuhkan waktu yang cukup lama.

ADVERTISEMENT

Hal ini seperti dirasakan oleh Jaime García, yang sangat benci menggunakan Western Union untuk mengirim uang pulang ke El Salvador.

"Di zaman sekarang ini, saya harus pergi ke kantor fisik Western Union, memberi mereka uang tunai yang sebenarnya (uang yang ingin dikirim), dan kemudian menyerahkan mereka $25 lagi di atas itu (biaya transaksi), sebelum mereka mengirim uang saya," kata García.

"Dan kemudian, tentu saja, butuh tiga hari untuk benar-benar tiba di El Salvador," jelasnya lagi.

Masalah terbesarnya dengan mengirim uang tunai dari luar negeri adalah ketidaknyamanan dan kemungkinan perampokan yang dapat terjadi pada orang yang dicintainya yang menerima uang.

"Mereka harus naik bus untuk pergi ke lokasi fisik untuk mengambilnya, dan ada geng yang berkeliaran di sekitar kantor itu. Mereka tahu untuk apa orang pergi ke sana, dan pada dasarnya mereka merampoknya," kata García.

Dalam hal ini Gracia tidaklah sendirian, banyak dari 2,5 juta diaspora Salvador mengirim uang ke teman dan keluarga yang masih tinggal di El Salvador. Oleh sebab itu, hal ini merupakan permasalahan yang cukup serius di negara tersebut.

Kerumitan seputar remitansi adalah salah satu alasan utama yang digunakan Presiden El Salvador saat ini, Nayib Bukele, untuk melegalkan bitcoin sebagai alat transaksi resmi. Sebagai bagian dari peluncuran pelegalan bitcoin di negara tersebut, pemerintah telah meluncurkan dompet virtual nasionalnya sendiri yang disebut "Chivo" atau dalam bahasa slang Salvador untuk "keren".

Chivo menawarkan transaksi bitcoin tanpa biaya dan memungkinkan pembayaran lintas batas dengan cepat. Selain itu, dompet virtual ini juga menawarkan bitcoin gratis senilai $30 kepada setiap orang Salvador di dalam negeri yang mendaftar ke dompet Chivo. Itu bukan jumlah yang kecil di negara di mana upah minimum bulanan adalah $365.

Sedangkan untuk pencairannya, masyarakat El Salvador yang menerima remitansi dapat pergi ke salah satu dari 200 ATM Chivo baru yang telah diluncurkan pemerintah dan menarik dolar AS dari dompet virtualnya.

"Di mana pun Anda berada sekarang, Anda dapat mengirim bitcoin kepada siapa pun yang memiliki dompet Chivo di El Salvador, dan dalam hitungan menit, mereka memiliki nilai dan kemudian mereka dapat pergi ke salah satu ATM dan mengeluarkannya secara tunai tanpa biaya," kata Alex Gladstein, kepala petugas strategi untuk Yayasan Hak Asasi Manusia.

"Itu sangat menakjubkan. Ini adalah peningkatan kemanusiaan yang luar biasa," jelasnya lagi

Tentu dengan adanya fasilitas ini, banyak warga El Slvador yang tidak akan menggunakan jasa pengiriman uang dari perbankan maupun perusahaan seperti Western Union atau sejenisnya.

Bukele memperkirakan bahwa penyedia layanan uang seperti Western Union dan MoneyGram akan kehilangan komisi dari biaya pengiriman sekitar US$ 400 juta per tahun atau setara dengan Rp 5,6 triliun (dengan kurs Rp 14.200/dolar AS). Hal ini dapat saja terjadi jika makin banyak orang mengadopsi bitcoin dalam skala besar.

Sedangkan di sisi lain, Western Union tidak menjawab permintaan CNBC untuk berkomentar tentang apakah perusahaan khawatir tentang bagaimana hal ini dapat mempengaruhi bisnis dan apakah ada rencana untuk mengubah struktur biaya menyesuaikan dengan meningkatnya persaingan.

(eds/eds)

Hide Ads