Munculnya kembali isu Wuhan, Hubei, China di tengah pandemi virus Corona, sangat mungkin dimainkan Amerika Serikat. Negara Biden dituding memainkan isu asal muasal merebaknya virus Corona itu sebagai upaya menekan Beijing.
Bagaimana pun AS khawatir dengan China yang dalam 20 tahun terakhir telah tumbuh menjadi salah satu negara maju dengan skala ekonomi kedua terbesar di dunia setelah Amerika Serikat.
Bahkan diprediksi dalam 5-6 tahun ke depan ekonomi Beijing itu akan melampaui AS, yang selama ini menjadi kampiun dunia. Dengan posisi seperti itu, sangat mungkin Negara Paman Biden itu, berada di balik isu yang kerap memojokkan China. Termasuk memainkan isu asal muasal virus Corona dari Wuhan, Hubei, yang kembali ramai itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengamat politik Ali Nurdin melihat Amerika memainkan berbagai isu untuk 'mengganggu' China. Menurut Doktor Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran ini, AS khawatir kalau China sudah menjadi raksasa ekonomi dunia, Beijing akan semakin memainkan peran politik dan pertahanannya secara internasional sehingga merongrong dominasi AS. Karena itulah AS melalui berbagai cara berASha menghambat pertumbuhan ekonomi China.
Data yang ada menunjukkan, pertumbuhan ekonomi China selama ini rata-rata di atas 6 persen per tahun, sedangkan AS hanya berkisar 2 persen, sehingga ada prediksi bahwa skala ekonomi China akan melampaui AS pada 2028. Melihat berbagai indikator yang ada, sangat mungkin terjadi posisi Amerika bakal tergeser dengan dominasi ekonomi Beijing tersebut.
"Kekhawatiran Amerika itu sangat jelas. Jika dengan dominasi ekonominya itu, China sampai memainkan peran politik, dan pertahanan, yang memang secara geopolitik sangat mungkin terjadi. Karena itulah berbagai cara dimainkan untuk menghambat ekonomi China," kata Ali Nurdin, yang juga dosen Universitas Mathla'ul Anwar Banten kepada pers, Kamis (9/9/2021).
Ali Nurdin dimintai tanggapan terkait kembali memanasnya isu Wuhan itu. Tetapi, munculnya kembali isu Wuhan yang melibatkan WHO, juga tidak bisa dilepaskan dari tekanan domestik AS --masyarakat, termasuk Senat-- yang melihat China lebih diuntungkan dari merebaknya pandemi COVID-19. Antara lain karena perdagangan vaksin asal China yang langsung merajai dunia. Lainnya, karena dalam perang dagang dengan China, Paman Sam terus mengalami defisit.
Menurut Ali Nurdin, perang dagang antara AS dan China antara lain dipicu oleh defisit neraca perdagangan Amerika, yang jumlahnya fantastis: minus US$ 418 miliar (2018), US$ 344 miliar setahun kemudian, dan tahun lalu, US$ 310 miliar (2020). Nah, reaksi atas kekalahan itu, AS kemudian melakukan berbagai tindakan untuk mengurangi komoditas China masuk ke negaranya. Mulai dari pengenaan tarif, mengeluarkan daftar hitam perAShaan China, sampai menggagas UU yang melarang impor produk dari Xinjiang China.
Bersambung ke halaman selanjutnya.