Pejabat Bank Dunia dituding telah memanipulasi peringkat kemudahan berusaha atau Ease of Doing Business (EoDB) 2018 dan 2020 untuk negara China dan Arab Saudi. Hal itu terungkap dalam sebuah penyelidikan independen yang dilakukan oleh firma hukum WilmerHale.
Dikutip dari CNN, Senin (20/9/2021), penyelidik WilmerHale menemukan CEO saat itu yakni Kristalina Georgieva menekan tim Doing Business pada 2017 untuk mengubah metodologi laporan atau membuat perubahan spesifik pada poin data untuk meningkatkan peringkat China di edisi 2018.
Dalam dokumen hasil investigasi WilmerHale yang dirilis, menyebutkan, Kristalina menekan stafnya, setelah pejabat pemerintah China berulang kali menyatakan keprihatinan atas peringkat negara tersebut.
Disebutkan, Georgieva terlibat langsung dalam meningkatkan peringkat China. Bahkan dalam satu pertemuan, CEO itu menghukum Direktur Negara Bank karena salah mengelola hubungan Bank dengan China dan gagal untuk menghargai pentingnya laporan Doing Business ke negara tersebut.
Pemimpin tim Doing Business akhirnya meningkatkan peringkat China sebanyak tujuh peringkat menjadi 78 dengan mengidentifikasi titik data yang dapat mereka modifikasi, termasuk memberi China lebih banyak kredit untuk undang-undang transaksi aman China.
Pada Oktober 2017, penyelidik juga menemukan bahwa pembantu Presiden Bank Dunia saat itu Jim Yong Kim mengarahkan tim survei untuk mensimulasikan bagaimana skor akhir China dapat berubah jika data dari Taiwan dan Hong Kong dimasukkan ke dalam data negara yang ada. Laporan WilmerHale mengatakan para pemimpin tim Doing Business percaya bahwa kekhawatiran itu datang dari Presiden Kim secara langsung.
Georgieva, yang sekarang menjadi direktur pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dia tidak setuju dengan hasil investigasi tersebut.
"Secara mendasar tidak setuju dengan temuan dan interpretasi Investigasi Penyimpangan Data yang berkaitan dengan peran saya dalam laporan Doing Business Bank Dunia. 2018," kata Georgieva.
Kemudian, Dewan eksekutif IMF meminta komite etika untuk meninjau penyelidikan WilmerHale. Komite etika kemudian akan melaporkan kembali ke dewan dengan penilaian mereka.
Selain China, investigasi WilmerHale juga menemukan kejanggalan terkait data Arab Saudi dalam laporan Doing Business 2020. Pejabat pemerintah Saudi menyatakan ketidaksenangan atas peringkat negara mereka pada edisi 2019, terutama dengan kegagalan tim survei untuk mengenali apa yang dilihat para pejabat sebagai reformasi negara yang berhasil.
Hasil penyelidikan menemukan, para pemimpin senior bank, termasuk salah satu pendiri laporan Doing Business, Simeon Djankov, menginstruksikan tim survei untuk menemukan cara mengubah data sehingga Jordan tidak akan menempati peringkat pertama atau yang disebut Daftar Peningkatan Teratas. Tim akhirnya menambahkan poin dalam beberapa kategori ke Arab Saudi sehingga negara itu akan menggantikan Yordania di posisi teratas.
Djankov mengatakan, permintaan untuk mengubah data Arab Saudi datang dari dua pejabat senior Bank Dunia, salah satunya yaitu yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Staf Presiden Kim dan terlibat dalam perubahan data China dalam Doing Business edisi 2018.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Kamis, Bank Dunia mengatakan akan menghentikan laporan EoDB.
"Bank Dunia tetap berkomitmen kuat untuk memajukan peran sektor swasta dalam pembangunan dan memberikan dukungan kepada pemerintah untuk merancang lingkungan peraturan yang mendukung hal ini. Ke depan, kami akan mengerjakan pendekatan baru untuk menilai iklim bisnis dan investasi," tambah pernyataan itu.
(fdl/fdl)