Ketua Evergrande Group, Xu Jiayin percaya diri dapat bertahan dan keluar dari krisis utang yang saat ini menimpa perusahaan raksasa miliknya. Hal itu dia katakan kepada karyawannya pada Selasa (20/9) kemarin.
Akan tetapi, pemerintah sendiri tidak memberikan panduan bagaimana penyelesaian krisis yang menghantam sektor properti China ini. Xu Jiayin mengakui, dalam sebuah surat yang diberikan manajemen kepada karyawan, perusahaan belum pernah mengalami kekurangan uang separah ini.
"Saya yakin bahwa melalui upaya bersama dan kerja keras para pemimpin dan karyawan di semua tingkatan, Evergrande pasti akan keluar dari kegelapan sesegera mungkin. Perusahaan pasti akan dapat mempercepat dimulainya kembali pekerjaan dan produksi secara penuh," tulisnya dikutip dari CNN, Rabu (21/9/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Surat Xu itu ternyata tak menyebutkan perihal pembayaran utang yang jatuh tempo minggu ini. Sementara itu saham perusahaan masih anjlok karena kekhawatiran investor global. Saham Evergrande turun 7% pada hari Selasa pada Selasa kemarin di Bursa Hong Kong.
Menurut penyedia data Refinitiv, pembayaran bunga dengan total lebih dari US$ 100 juta atau setara dengan Rp 1,4 triliun (kurs dolar Rp 14.242) akan jatuh tempo pada hari Kamis (22/9) ini. Belum diketahui bagaimana perusahaan bisa melunasi utang tersebut.
Grup ini adalah pengembang China yang paling banyak berutang dengan total lebih dari US$ 300 miliar atau setara dengan Rp 1.423 triliun. Selama beberapa minggu terakhir, ia memperingatkan investor dua kali bahwa itu bisa gagal jika tidak dapat mengumpulkan uang dengan cepat.
Di sisi lain, diamnya Beijing yang dipimpin Xi Jinping tentang krisis Evergrande tampaknya menjadi sumber utama ketidakpastian. Ekonom di Macquarie Group mengatakan Selasa bahwa mereka mengharapkan pembuat kebijakan China untuk bersabar.
"Pemerintah masih ingin mencegah pengambilan risiko yang berlebihan dari pengembang properti seperti Evergrande. Tetapi Beijing juga ingin menjaga stabilitas di sektor properti," tulis Larry Hu dan Xinyu Ji dari Macquarie, dalam sebuah catatan penelitian.
Lihat juga video 'Biden Tak Ingin Cari Perang Dingin Baru, Singgung China?':
Xi Jinping bakal turun tangan? klik halaman berikutnya.