Peternak ayam sedang menjerit karena harga telur terus menurun di pasaran. Di sisi lain, pengeluaran terus meningkat karena harga pakan ayam justru mengalami kenaikan.
"Harga telur memang turun, di sisi lain harga pakan naik sehingga peternak rugi. Peternak broiler mengalami kerugian," kata Sekretaris Jenderal Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan), Sugeng Wahyudi kepada detikcom, Kamis (23/9/2021).
Sugeng menjelaskan pakan mengalami kenaikan dikarenakan pasokan jagung yang terbatas hingga mengalami kenaikan harga. Padahal komoditas itu sangat diperlukan untuk komposisi pakan ternak ayam.
"Unsur jagung dalam pakan ternak ayam 50%. Jagung di pasaran tidak tersedia cukup maka harganya naik, karenanya harga pakan ayam juga naik," jelasnya.
Di saat terjadi kenaikan pakan, harga telur justru semakin menurun hingga di bawah Rp 20.000 per kg. Di Pasar Senen, Jakarta Pusat misalnya, di level pedagang grosir dijual Rp 17.500 per kg dari harga normal Rp 20.000 sampai Rp 25.000.
Di tengah kondisi peternak ayam yang sedang menjerit, pemerintah terkait dalam hal ini Kementerian Pertanian (Kementan) dan Kementerian Perdagangan (Kemendag) justru kisruh soal data pasokan jagung.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi bilang harga jagung mahal dikarenakan pasokan barangnya tidak ada. Jika ada, dia menilai tidak mungkin harganya mencapai Rp 6.000 dari yang biasanya Rp 4.000.
"Gini kalau ada barangnya, sekarang kita jangan ngomong jutaan, ngomong 7.000 (ton) aja nggak ada buat kebutuhan 1 bulan di Blitar, nggak ada barangnya," kata dia dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, Selasa (21/9/2021).
Kisruh Kemendag dan Kementan di halaman berikutnya.
Lihat Video: Harga Pakan Melejit, Peternak Ayam Petelur di Parepare Menjerit
(aid/fdl)