Neraca Dagang Surplus 17 Bulan Beruntun, Apa Efeknya buat Wong Cilik?

Neraca Dagang Surplus 17 Bulan Beruntun, Apa Efeknya buat Wong Cilik?

Danang Sugianto - detikFinance
Senin, 18 Okt 2021 15:02 WIB
Neraca perdagangan indonesia
Neraca Dagang Surplus 17 Bulan Beruntun, Apa Efeknya buat Wong Cilik?
Jakarta -

Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis neraca perdagangan untuk September 2021. Hasilnya neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus US$ 4,37 miliar.

Menariknya lagi ternyata neraca dagang Indonesia tercatat surplus selama 17 bulan secara berturut-turut. Tapi kalau dipikir-pikir apa dampaknya ya buat rakyat kecill?

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah menjelaskan, dampak dari surplusnya neraca perdagangan tidak bisa dirasakan secara langsung oleh masyarakat kecil.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Neraca perdagangan surplus itu menyiratkan bahwa nilai ekspor lebih besar dari pada impor kita. Sementara ekspor yang besar tersebut lebih disebabkan oleh kenaikan harga dan besarnya permintaan barang-barang komoditas," terangnya kepada detikcom, Senin (18/10/2021).

Piter melanjutkan, besarnya ekspor Indonesia belakangan ini hanya dinikmati oleh perusahaan-perusahaan besar bukan UMKM. Sebab didorong oleh peningkatan harga-harga komoditas. "Jadi surplus neraca perdagangan itu tidak menggambarkan surplusnya masyarakat kecil," terangnya.

ADVERTISEMENT

Namun bukan berarti surplusnya neraca perdagangan tidak memberikan dampak bagi masyarakat bawah. Menurut Piter surplus ini tetap ada sumbangsih dari masyarakat bawah karena bekerja di perusahaan-perusahaan komoditas.

"Surplus neraca perdagangan juga akan sangat membantu proses pemulihan ekonomi nasional. Bila perekonomian nasional pulih masyarakat kecil akan mendapatkan manfaatnya dari terbukanya lapangan kerja, meningkatnya permintaan," tambah Piter.

Sementara Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda dihubungi terpisah menjelaskan, neraca perdagangan yang surplus membawa dampak kepada penguatan mata uang.

"Barang kita kan banyak diminta tuh dibandingkan kita meminta dolar untuk impor. Jadi karena permintaan rupiah naik maka nilai tukar mata uang biasanya akan menguat ketika neraca perdagangan kita surplus," terangnya.

Dengan adanya penguatan rupiah maka dampaknya bagi masyarakat kecil adalah barang kebutuhan yang harus diimpor akan menjadi murah..

"Selain itu, neraca perdagangan yang surplus menunjukkan produktivitas dalam negeri juga naik karena produksi kita bertambah. Pekerjaan untuk buruh akan semakin banyak juga jadinya. Akhirnya akan mendorong kenaikan pendapatan dari buruh, jika ada sistem insentif dan permintaan akan tenaga kerja juga akan meningkat," tutupnya.

(das/fdl)

Hide Ads