Lebih lanjut, Muslikah menjelaskan modal awal yang diperlukan untuk memulai usaha ternak puyuh yaitu sebesar Rp 15 juta. Modal tersebut digunakan untuk membeli 1.000 bibit puyuh sekaligus 40 kotak kandang.
Di samping membuka bisnis sendiri, Muslikah bersama suami juga turut mengajak tetangga ikut menjadi peternak puyuh rumahan. Hingga kini, dia berhasil menggaet 4 peternak lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Alhamdulillah sekarang sudah besar. Dari 1 desa sekarang nambah juga dari 2 sekarang sudah ada 4. Saya ngajak tetangga untuk ikut gabung kemitraan, jadi peternak puyuh. Ini sekarang total ada 9.000 puyuh(di luar sampel)," katanya.
Agar usaha ternak puyuhnya semakin maju, Muslikah mengajukan pinjaman ke PNM melalui program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekar). Adapun pinjaman tersebut senilai Rp 4 juta yang dipakai untuk membeli pakan.
Selain itu, dia mengatakan sang suami, Suwantono (29) yang juga perajin kandang puyuh juga sempat meminjam KUR ke BRI yang digunakan sebagai tambahan modal dalam membeli bahan-bahan untuk proses pembuatan kandang.
"Kalau di BRI ambil KUR. Tahun 2020 mengajukan Rp 50 juta, dikabulkannya Rp 25 juta. Buat nambah modal usaha produksi kandang, beli kayu, beli kawat. Beli alat juga," tandasnya.
detikcom bersama BRI mengadakan program Sinergi Ultra Mikro di Bandar Lampung dan Semarang untuk memantau upaya peningkatan inklusi finansial masyarakat melalui sinergi BRI, Pegadaian, dan PNM dalam Holding Ultra Mikro. Holding Ultra Mikro berupaya mendukung pertumbuhan ekonomi yang kuat dan berkelanjutan untuk peningkatan UMKM di Tanah Air. Untuk informasi lebih lengkap, ikuti beritanya di https://sinergiultramikro.detik.com/.
(akd/eds)