Pandemi COVID-19 memaksa pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) masuk ke pasar digital. Dengan masuk ke pasar digital, maka pelaku usaha bisa terus melanjutkan bisnisnya.
Pemerintah juga mendorong UMKM untuk masuk ke pasar digital karena potensinya besar. Jika tidak dimanfaatkan, pasar digital Indonesia akan diserbu produk asing.
"Kita harus melihat bahwa digital market Indonesia itu cukup besar, sehingga kalau UMKM tidak memanfaatkan digital economy ini, menurut saya market digital kita akan diambil oleh produk-produk dari luar lewat e-commerce, cross border," kata Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dalam acara Blak-blakan detikcom, Jumat (29/10/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Teten menjelaskan, pandemi mendorong UMKM masuk ke pasar digital. Saat ini, sebanyak 16,4 juta UMKM terhubung dengan ekosistem digital, jauh meningkat dari sebelumnya yang hanya 8 juta dalam 10 tahun.
Teten menargetkan, 30 juta UMKM akan terhubung dengan ekosistem digital pada tahun 2024.
"Jadi selama pandemi ada percepatan karena mau tidak mau, UMKM dipaksa untuk go digital karena tidak bisa lagi jualan secara offline. Jadi sekarang, saya kira trennya cukup bagus," katanya.
Menurutnya, perlu strategi yang tepat untuk mendorong UMKM. Sebutnya, untuk usaha mikro dengan kapasitas produksi yang rendah akan didorong pada platform seperti media sosial.
Sementara, untuk kecil dan menengah akan didorong masuk ke platform digital nasional atau yang global. Dengan strategi ini, ia optimistis target 30 juta UMKM terhubung ekosistem digital dapat tercapai.
"Jadi saya optimis kalau kita bagi per trade area tadi sesuai dengan skala UMKM-nya. Kita optimis 30 juta tercakup," terangnya.
(acd/ara)