Di tengah kesibukannya selama ini, baik sebagai pengusaha maupun kini sebagai Menteri BUMN, Erick Thohir ternyata selalu menyempatkan diri untuk punya waktu berkualitas bersama keluarga setiap akhir pekan. Namun, kini sebagai menteri ia mengaku harus pintar-pintar menyiasati waktu untuk bisa kumpul bersama keluarga. Gimana tuh?
Dalam Ngobrol Sore Semaunya Episode 48 bertajuk 'Menyikapi Pressure Anak Pengusaha Ternama untuk Lompat Lebih Tinggi', Erick mengaku bahwa selama ini setiap Sabtu dan Minggu ia dedikasikan sebagai waktu bersama keluarga.
"Kalau dulu prinsip saya sebagai keluarga, apalagi sebelum COVID, hari Minggu itu waktu makan keluarga besar The Thohirs. Saya prinsip Sabtu-Minggu tinggalkan urusan kantor, spend time with the family. Sejak jadi menteri, Sabtu kepakai, Minggu kepakai. Saya tetap berusaha Minggu malam sama keluarga besar, dan Jumat malam saya coba spend time sama mereka," ungkapnya dikutip dari tayangan di Channel YouTube CXO, Jumat (29/10/2021).
Erick bercerita, terakhir ia bersama keluarga menghabiskan waktu bersama untuk menonton 2 film berturut-turut. Hal ini dilakukan seiring dengan kembali dibukanya bioskop untuk masyarakat umum.
Erick mengatakan, keluarga adalah hal penting buatnya. Terlebih, ia mengaku ingin setiap hal yang dilakukan memiliki value yang dapat diresapi oleh keluarganya. Ia pun mengaku, sebagai seorang bapak kerap mengajak anak-anaknya berdialog sembari memberi beberapa wejangan.
"Kita juga kan nggak mau anak-anak kita hanya diberikan success story tanpa punya dasar karakter yang baik, yang akhirnya mereka akan terjebak pada ambisi tanpa empati. Itu yang paling saya takuti," kata Erick.
Ia mengungkap, hal-hal fundamental dalam hidupnya saat ini juga mendapat pengaruh besar dari didikan kedua orang tua. Menurut Erick, orang tuanya selama ini menegaskan bahwa family values dan human values adalah suatu hal yang penting.
Sebagaimana diketahui, Bapak dari Erick Thohir, Teddy Thohir dikenal luas sebagai seorang pengusaha sukses yang kisahnya menginspirasi. Erick bercerita, sang Ayah sejak usia 10 tahun sudah pergi merantau demi mengenyam pendidikan, sembari mulai berdagang dan bekerja hingga menjadi pengusaha. Dari situlah ia belajar bahwa pendidikan merupakan satu kunci kesuksesan.
Bicara soal value dari orang tua, Erick mengungkap salah satu value terbesar yang diajarkan Sang Ayah adalah 'Jangan menipu'.
"Bapak saya bilang, uang bukan segalanya. Tapi kepercayaan orang itu lebih mahal. Makanya saya, kakak saya, kita dalam berusaha sangat transparan. Kita nggak mau tipu-tipu. Justru bisnis itu kan karena kepercayaan," terangnya.
Ia menambahkan, Sang Ayah juga menekankan pentingnya memiliki keahlian atau expertise. Sebab, menurutnya expertise dan capability merupakan sesuatu yang akan selalu dihargai orang lain. Berbeda dengan Sang Ayah, Erick mengaku kalau ibunya selalu mengajarkan bahwa disiplin merupakan kunci dari segala hal.
"Value ini yang meresap ke kita anak-anaknya, dan kita berusaha melakukan ini ke anak-anak kita. Kalau saya di Kementerian BUMN, ini juga saya terapkan di lingkungan saya dan itu dari dulu, apakah sebagai pimpinan di Asian Games, atau pimpinan di sebuah perusahaan, value-value itu kita coba tetap lakukan dengan dinamika yang berbeda," tutur Erick.
Lebih lanjut, Erick pun berbagi pesan kepada generasi muda Indonesia untuk terus produktif agar bisa #LompatLebihTinggi. Ia menjelaskan, terlepas dari adanya digitalisasi, ekonomi yang diprediksi terus tumbuh di 2045, atau kesempatan dari banyak pihak untuk mendorong anak muda lebih maju, ia ingin agar generasi muda Indonesia kembali menyadari pentingnya fighting spirit.
"Karena kan sekarang generasi muda itu dimudahkan, makanya saya kenapa tetap mem-push olahraga dan menjadi bagian dari anak muda karena di olahraga ada value yang sangat bagus buat anak muda. Competitiveness, menjadi juara. Jadi kompetitif yang fair tapi tetap jadi juara," papar Erick.
"Ini saya ingin anak muda Indonesia menjadikan itu fighting spirit, bergerak bukan terlena, dan harus punya ambisi untuk jadi juara. Bukan menghalalkan segala cara ya, dengan ambisi dan fighting spirit apalagi dilandasi value yang bagus yang Indonesia punya, Bhinneka Tunggal Ika, Gotong Royong, itu bisa jadi (value) fundamental," pungkasnya.
(prf/ang)