Ketua Umum ASPI Santoso menambahkan, perbedaan serangan cyber di Indonesia dan luar negeri terdapat dari jenis serangan itu sendiri. Jika di luar negeri populer dengan hacking maka di Indonesia lebih sering terjadi social enggineering dan pishing.
"Data-data menunjukkan bahwa bukan hanya (cyber crime) transaksi digital yang naik namun juga mulai maraknya berbagai macam penipuan dan mungkin teknologi cyber security berbeda dengan di luar negeri. Kalo di luar negeri banyak hacker, di Indonesia lebih banyak social engginer," kata dia.
Direktur Keamanan Siber dan Sandi Keuangan Perdagangan dan Pariwisata, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Edit Prima mencatat, sampai September 2021 terdapat 927.130.649 anomali traffic internet.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artinya, terdapat upaya seseorang masuk ke dalam suatu jaringan. Angka tersebut meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun lalu.
"Jadi bicara anomali traffic ini dikatakan dia mengindikasikan serangan cyber. Jadi ketika dibilang serangan cyber sedikit berbeda dengan analogi di dunia nyata," kata Edit.
"Kalau dunia nyata itu sudah ada kerugian fisik yang kita terima namun serangan cyber upaya pelaku kejahatan itu mengintip jaringan kita, jadi belum melakukan apapun, baru standing saja itu sudah dihitung sebagai anomali atau sebagai serangan. Jadi kenapa angkanya bisa sampai juta bahkan bisa sampai 1 miliar dalam satu tahun ini, begitulah kondisinya. Memang serangan itu trennya selalu meningkat," jelasnya.
(dna/dna)