Diwawancara terpisah, Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia, Juwari mengatakan, dampak kenaikkan harga pupuk ini memang sangat dirasakan petani. Karena jenis jenis pupuk non subsidi yang mengalami kenaikkan adalah yang banyak dibutuhkan petani bawang seperti pupuk NPK dan lain lainnya.
"Dampaknya memang dirasakan sekali. Karena pupuk non subsidi itu yang banyak dibutuhkan petani bawang merah," tandas Juwari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meningkatnya harga pupuk ini, sambung Juwari, otomatis menambah biaya tanam yang dikeluarkan. Dia merinci, rata rata biaya tanam bawang merah dengan lahan seluas 1 haktar sebelum ada kenaikkan harga pupuk, sekitar Rp.120 juta. Namun dengan kenaikan pupuk ini naik menjadi Rp.130 juta.
Untuk mencapai harga impas atau BEP, jika hasil panen dalam 1 hektar mendapat 10 ton bawang maka harga jual bawang minimal Rp.14 ribu. Jika hasil panen kurang dari 10 ton maka harga jual bawang harus lebih dari Rp.14 ribu per kilo.
"Sekarang tinggal hitung berapa ruginya. Jelas sangat banyak. Katakanlah 1 hektar dapat 10 ton, maka supaya impas harus dijual Rp.14 ribu. Tinggal hitung saja, sekarang harganya Rp.8000 per kilo, berapa ruginya," bebernya.
Ketua ABMI menyarankan, petani agar menunda penjualan bawang hasil panennya. Hal ini untuk mengurangi kerugian saat harga anjlok.
"Saya sarankan tunda jual dulu supaya tidak rugi besar. Barangkali harganya naik beberapa hari ke depan," Juwari menyarankan.
Bersambung ke halaman berikutnya, langsung klik