Utang yang ditarik pemerintah sering jadi sorotan banyak pihak dan dipandang negatif. Banyak kritik yang dilontarkan terkait utang pemerintah.
Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Komunikasi Strategis Yustinus Prastowo mengungkapkan saat ini aset pemerintah sudah di atas Rp 11 ribu triliun atau dua kali lebih besar dari nilai utang pemerintah.
"Mentalitas emoh utang dan ogah bayar pajak itu tidak boleh ada. Kita mengkritik pemerintah utang nambah, tapi seolah statis, buahnya tidak membesar. Padahal ekonominya membesar, aset pemerintah sekarang sudah di atas Rp 11 ribu triliun, dua kali dari nilai utang pemerintah," kata dia di KPP Madya Denpasar, Bali, Kamis (4/11/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yustinus mengungkapkan kebanyakan orang saat ini melihat jika utang bertambah dan tidak melihat sisi produktivitasnya. Terkait utang sejak 2001-2012 yang sudah melintasi beberapa pemerintahan memang bertambah.
"Saya kalau bicara utang tidak akan cut off rezim, karena utang itu kontinu. Misal zaman pak SBY menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun tenornya, ya selesai di pemerintahan pak Jokowi. Lalu pak Jokowi terbitkan 10 tahun lagi, ya yang bayar pemerintahan berikutnya," ujar dia.
Menurut Yustinus saat ini pemerintah sudah berhasil menurunkan rasio utang dari sangat tinggi menjadi di bawah 30% dalam periode tujuh tahun terakhir.
"Hanya karena COVID-19 nambah jadi 8% tapi belanja publiknya luar biasa. Sekarang boleh saja kritisi soal utang, emoh utang tapi jangan ogah bayar pajak. Kalau nggak mau utang, ya konsekuensinya bayar pajak, tapi kalau nggak mau dua-duanya ya susah, bisa bubar republik ini," jelas dia.
Yustinus menambahkan terkait utang dan pajak ini memang penting untuk membangun kesadaran. "Dua kaki sangat penting di sistem pajak yaitu otoritas kuat, akuntabel dan kredibel. Kaki satunya kesadaran sukarela masyarakat dalam membayar pajak. Harus di-maintenance dua-duanya," jelas dia.
(kil/ara)