Defisit perdagangan Amerika Serikat (AS) kembali melebar hingga mencapai rekor tertinggi pada September. Itu karena ekspor merosot dan impor melonjak.
Dilansir dari CNN, Jumat (5/11/2021), Departemen Perdagangan mengatakan defisit perdagangan melonjak 11,2% ke rekor US$ 80,9 miliar atau setara Rp 1.159 triliun (kurs Rp 14.334). Angka itu lebih parah dari analisa Reuters sebesar US$ 80,5 miliar atau Rp 1.153 triliun.
Krisis rantai pasokan global sebagian besar menjadi penyebabnya karena perusahaan-perusahaan AS berebut menemukan suku cadang dan barang untuk membangun produk mereka. Impor kemungkinan akan tetap tinggi karena untuk persediaan bisnis yang habis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi itu semakin meresahkan bagi ekonomi AS. Pertumbuhan ekonomi tertahan 2% ke tingkat tahunan, paling lambat dalam lebih dari setahun. Kesenjangan perdagangan telah menjadi hambatan pada pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) selama lima kuartal berturut-turut.
Ekspor turun 3% menjadi US$ 207,6 miliar pada September. Ekspor barang anjlok 4,7% menjadi US$ 142,7 miliar. Penurunan dipimpin oleh pasokan industri, dengan ekspor minyak mentah turun US$ 1,0 miliar. Ekspor barang modal juga turun.
Secara bersamaan impor naik 0,6% ke rekor US$ 288,5 miliar. Impor barang naik 0,8% menjadi US$ 240,9 miliar, juga menjadi rekor tertinggi.
Impor bahan dan bahan industri merupakan yang tertinggi sejak April 2014. Impor barang modal mencatat rekor tertinggi, demikian pula impor non migas dan impor barang lainnya.