Siasat Garuda Lepas dari Jerat Kebangkrutan

Siasat Garuda Lepas dari Jerat Kebangkrutan

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Selasa, 16 Nov 2021 19:00 WIB
Garuda Indonesia meluncurkan desain mask livery (livery pesawat dengan masker) terbaru pada armada B737-800 NG. Masker itu menampilkan motif Barong Bali.
Foto: Istimewa/Garuda Indonesia
Jakarta -

Garuda Indonesia disebut bangkrut secara teknis. Kondisi keuangan Garuda diberatkan oleh utang Rp 138,45 triliun.

Kondisi terkini keuangan Garuda saat ini masih mengalami kerugian operasional. Dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, dikutip Selasa (16/11/2021), kinerja Garuda hingga September 2021 hanya mampu mencatatkan total pendapatan sebesar US$ 568 juta atau sekitar Rp 8,06 triliun (kurs Rp 14.200). Padahal total biaya operasionalnya adalah sebesar US$ 1,29 miliar atau sekitar Rp 18,3 triliun.

Manajemen mengakui saat ini kerugian operasional masih terjadi. Dijelaskan struktur biaya tetap perusahaan terlalu besar daripada pendapatan yang terus turun imbas kondisi pandemi COVID-19.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Perseroan masih mencatatkan kerugian operasional yang disebabkan oleh struktur biaya perseroan yang sebagian besar bersifat tetap atau fixed, yang tidak sebanding dengan penurunan signifikan atas revenue perseroan imbas kondisi pandemi COVID-19," tulis manajemen Garuda dalam keterangannya.

Penurunan pendapatan juga terjadi karena anjloknya penumpang maskapai pelat merah ini. Hingga September 2021, penumpang Garuda hanya 2,3 juta orang.

ADVERTISEMENT

Meski begitu, di akhir tahun diproyeksikan penumpang mencapai 3,3 juta. Jumlah sebanyak itu pun hanya mencapai 17% dari jumlah penumpang di tahun 2019, sebelum pandemi COVID-19

Sebelumnya, Garuda sudah divonis secara teknis bangkrut. Hal itu diungkapkan oleh Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo, dia mengatakan bahwa saat ini liabilitas atau utang Garuda Indonesia totalnya mencapai US$ 9,75 miliar atau setara Rp 138,45 triliun.

Sementara aset Garuda Indonesia saat ini hanya US$ 6,92 miliar. Jauh lebih rendah dibandingnya total kewajibannya itu. Maka dari itu, ekuitas atau modal Garuda tercatat minus US$ 2,8 miliar atau setara Rp 39,7 miliar.

"Sebenarnya dalam kondisi seperti ini kalau istilah perbankan sudah technically bankrupt Pak tapi legally belum. Ini yang sekarang sedang berusaha bagaimana kita bisa keluar dari situasi yang sebenarnya secara technically bankrupt," jelas Kartika saat rapat kerja dengan Komisi VI, Selasa (9/11/2021).

Punya utang Rp 138 lebih apa siasat Garuda menghindari kebangkrutan? Cek halaman berikutnya.

Saat ini, manajemen Garuda sedang melakukan komunikasi insentif untuk melakukan negosiasi utang kepada kreditur dan lessor. Secara khusus, kepada lessor manajemen ingin adanya perubahan skema pembayaran.

"Secara khusus, untuk lessor, negosiasi dilakukan guna mencapai kesepakatan mengenai restrukturisasi biaya sewa dengan skema PBH (power by the hour)," tulis manajemen Garuda.

Sementara itu, dengan para kreditur lainnya, Garuda tengah melakukan proses pemaparan initial proposal untuk proses restrukturisasi secara bertahap dan berdiskusi lebih lanjut guna memperoleh kesepakatan.

Dalam waktu dekat proposal restrukturisasi akan dibagikan Garuda kepada para kreditur. Penyusunan proposal restrukturisasi sudah rampung dilakukan.

"Perseroan saat ini telah merampungkan penyusunan proposal restrukturisasi dengan berkoordinasi dengan beberapa konsultan pendukung restrukturisasi, dan dalam waktu dekat akan segera menyampaikan proposal restrukturisasi tersebut kepada para kreditur," ungkap manajemen.

Selain dari upaya negosiasi utang, Garuda juga memangkas rutenya demi efisiensi perusahaan. Setidaknya, ada 97 rute penerbangan yang ditutup maskapai pelat merah ini.

Rute domestik bakal jadi fokus utama Garuda dan akan mengurangi berbagai rute-rute internasional. Adapun sisa-sisa rute internasional yang nantinya masih ada dipilih dengan selektif dan dijamin memberikan kontribusi keuntungan bagi maskapai.

"Perseroan akan mengoptimalisasi rute penerbangan dengan berfokus pada rute domestik. Adapun rute internasional yang diterbangkan oleh perseroan merupakan selective routes yang dianggap dapat mengkontribusikan profitability yang baik bagi perseroan," tulis manajemen Garuda.

Garuda juga akan fokus meningkatkan kontribusi pendapatan kargo melalui optimalisasi belly capacity dan digitalisasi operasional. Bahkan, rute-rute penerbangan internasional yang tetap dibuka dipilih dengan tujuan pengangkutan kargo.

Manajemen juga mengatakan Garuda akan meningkatkan pendapatan dari layanan tambahan. "Kami akan meningkatkan kontribusi pendapatan ancillary melalui product unbundling dan ekspansi produk yang ditawarkan," tulis manajemen.


Hide Ads