Megawati Soekarnoputri miris mendengar cerita warga yang kesulitan mendapatkan kunyit karena kebanyakan diekspor ke luar negeri. Presiden ke-5 RI itu menerima keluhan dari para ibu-ibu yang bergerak di bidang jamu tradisional.
"Ibu-ibu yang bergerak di jamu-jamu tradisional mengeluh sekarang," katanya dalam Pembukaan Forum Komunikasi Riset dan Inovasi 2021, kemarin, dikutip Sabtu (20/11/2021).
Para ibu-ibu meminta tolong kepada Mega dengan kapasitasnya sebagai Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Cerita yang dia dengar, harga kunyit sekarang sedang bagus sehingga banyak yang diekspor.
"Lho kok diekspor? Kok laku ya? Untuk apa ya? Kan saya tanya gitu 'ya untuk obat-obatan juga Bu'," tuturnya menceritakan percakapannya dengan ibu-ibu.
"Terus saya mulai mikir 'wah enak banget ya', saya bukan anti asing lho, jangan punya pikiran saya anti asing, no, tapi saya mau bangsa saya ini maju bersama, bergerak bersama, totalitas untuk bangsa dan negara dan seperti yang presiden inginkan, kemajuan itu benar nyata untuk Indonesia ke depan. Jadi apapun itu fokusnya harus di situ," sambungnya.
Pada kesempatan itu Mega juga miris karena jamu tradisional dipandang sebelah mata sehingga keberadaannya kerap ditolak.
"Katakan dari sisi kesehatan, saya suka ketawa, apa ya tapi miris, jamu-jamuan seperti ditolak. Itu tidak ada masuk ke dalam laboratorium 'waduh' saya bilang, padahal dari zaman dulu rakyat kita zaman dulu kok ya hidup juga ya, apa karena minum jamu-jamuan toh?" paparnya.
Dia juga berharap agar BRIN tidak mengesampingkan riset kecil-kecilan dengan kearifan lokal. Jika berpikir riset-riset semacam itu layak dibuang, menurutnya tidak cocok menjadi bagian dari BRIN
"Yang telah membuat inovasi, yang telah membuat riset kecil-kecilan katakan yang namanya kearifan lokal kita, apa harus dibuang? No, kalau ada yang buang mohon maaf jangan jadi BRIN," tambah Mega.
Simak Video "Jabatan Megawati di Era Jokowi: BPIP dan BRIN"
[Gambas:Video 20detik]
(toy/ara)