Pandemi telah mendorong masyarakat global untuk lebih banyak menggunakan teknologi digital, tidak terkecuali untuk Afrika. Namun, akses Internet yang terbatas tetap menjadi halangan utama dalam transformasi digital di Afrika.
Tidak hanya itu, seperti halnya kebijakan yang tidak konsisten dari berbagai negara seluruh benua untuk bidang-bidang seperti sistem pembayaran dan data roaming juga menjadi penghambat digitalisasi Afrika.
Melansir dari CNN, Rabu (24/11/2021), untuk mengatasi sejumlah keterbatasan ini organisasi Smart Africa berencana untuk mulai membangun 'Wakanda' digital. Sebagai informasi Smart Africa sendiri merupakan sebuah organisasi kemitraan antara 32 negara Afrika di bidang pengembangan infrastruktur digital di benua tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direktur Jenderal Sekretariat Smart Afrika, Lacina Koné, mengatakan bahwa peran sentral yang dimainkan oleh Smart Afrika adalah berkoordinasi dengan lembaga hukum di negara-negara Afrika tersebut. Sebab menurutnya sangat penting bagi Smart Africa untuk membangun lingkungan peraturan di Afrika untuk membangun kembali investor.
"Kita membutuhkan ekonomi digital yang berkelanjutan dan itu membutuhkan lingkungan pengawas adaptif. Saya terus mengatakan infrastruktur adalah lingkungan regulasi. Tata kelola digital adalah masalah regulasi," kata Koné.
Koné juga menjelaskan bahwa saat ini tingkat konektivitas masyarakat Afrika dengan internet masih sebesar 39,8%. Namun menurutnya, bila proyek digitalisasi Smart Africa berjalan, maka tingkat konektivitas masyarakat Afrika dapat meningkat hingga 51%.
"Konektivitasnya adalah 39,8%. Operator jaringan seluler ada di sana, tetapi orang-orang tidak menggunakannya karena keterjangkauan, cybersecurity, akses ke perangkat dan konten," ujar Koné.
"Jadi begitu kami dapat mengerjakannya, saya pikir dari sekarang ke 2025 kita dapat melihat ini melompat dari 39% menjadi 51%. Jadi kami sangat optimis," jelasnya lagi.
Dengan ini, Koné berharap agar tingkat digitalisasi Afrika dapat meningkat dan kelak pasar digital ini dapat menjadi terobosan bagi masyarakat Afrika.
"Saya pikir saya bisa mengatakan itu adalah 'Wakanda' digital (negara Afrika fiksi yang memiliki rumah untuk Marvel Superhero Black Panther) sebenarnya lebih baik," ujar Koné.
(zlf/zlf)