Di tengah era yang sudah serba digital, sebagian masyarakat sudah terbiasa dengan belanja online. Saat berbelanja online, biasanya kita akan menemukan barang yang diinginkan dengan harga yang relatif lebih murah.
Biasanya produk yang kita beli secara online dapat lebih murah karena adanya berbagai faktor seperti berkat banyaknya promo/diskon dan lain sebagainya. Namun pandemi COVID-19 telah mengubah itu semua.
Melansir dari CNN, Jumat (12/10/2021), harga barang-barang yang dijual secara online mulai mengalami kenaikan. Hingga November kemarin, harga barang yang dijual secara online telah mengalami kenaikan selama 18 bulan berturut-turut.
Menurut sebuah perusahaan perangkat lunak komputer multinasional, Adobe, harga barang-barang online ini naik 3,5% sejak tahun lalu. Adobe menemukan bahwa setidaknya sebelas dari 18 kategori produk yang dijual secara online telah mengalami kenaikan harga.
Dari ke-18 kategori tersebut, diketahui kalau produk pakaian mengalami lonjakan harga tertinggi, yakni sebesar 17,3% dari tahun lalu. Sebelum Covid, harga produk pakaian online biasanya secara teratur menurun, dengan harga pakaian online turun rata-rata 1,1% per tahun antara 2015 dan 2019. Namun sejak pandemi, harga komoditas ini malah yang mengalami kenaikan harga tertinggi.
"Keterbatasan rantai pasokan yang sedang berlangsung dan permintaan konsumen yang tahan lama telah mendukung rekor inflasi tinggi dalam e-commerce," kata Patrick Brown, wakil presiden pemasaran pertumbuhan dan wawasan di Adobe.
Selain produk pakaian, Adobe juga menemukan adanya kenaikan harga yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Salah satunya adalah harga bahan makanan yang naik sebesar 3,9%, kemudian ada produk olahraga yang naik 6,8%.
Selain itu ada juga produk perkakas rumah yang ikut mengalami kenaikan harga hingga 6,9%, hingga harga bunga yang dijual secara online naik 15,5%. Harga grosir online pun juga telah meningkat selama 22 bulan berturut-turut.
(fdl/fdl)