Menkop Akan Colek Menteri Lain buat Kembangkan Produk Bambu di Garut

Menkop Akan Colek Menteri Lain buat Kembangkan Produk Bambu di Garut

Yudistira Perdana Imandiar - detikFinance
Sabtu, 18 Des 2021 22:28 WIB
Kemenkop Siap Dorong Pengembangan Produk Kerajinan Bambu dari Garut
Foto: Kemenkop UKM
Jakarta -

Perajin bambu menjadi profesi yang ditekuni warga Kecamatan Selaawi, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Kerajinan tersebut dibuat secara turun temurun sejak zaman kolonial. Produk bambu dari Garut bahkan telah dipasarkan sampai ke luar negeri.

Ada berbagai jenis kerajinan berbahan baku bambu yang diproduksi para perajin bambu di Selaawi, antara lain mebel, furniture, peralatan dapur, kap lampu, keranjang, sangkar burung, ornamen-ornamen kafe atau restoran, serta yang lainnya.

Produk bambu asal Selaawi sudah diekspor ke berbagai negara Asia, Australia, dan juga Eropa. Untuk Asia, negara yang sudah menjadi langganan di antaranya Thailand, Singapura, dan Korea. Bahkan, untuk kap lampu, sudah sejak tiga tahun yang lalu rutin dikirim ke rumah makan yang ada di Singapura.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melihat besarnya potensi tersebut, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menegaskan akan berkolaborasi dengan Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, dan lembaga terkait lainnya untuk mengembangkan produk unggulan bambu dari daerah Garut.

Hal itu disampaikan Teten pada acara pembukaan Selaawi Bamboo Festival 2021 di Gedung Selaawi Bamboo Creative Center (SBCC), Kecamatan Selaawi, Kabupaten Garut, Sabtu (18/12/2021).

ADVERTISEMENT

"Saya akan colek menteri-menteri terkait lain untuk kerja sama mengembangkan produk bambu asal Selaawi, Garut," ujar Teten dalam keterangan tertulis, Sabtu (18/12/2021).

Teten menyatakan bambu merupakan salah satu tumbuhan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

"Apalagi, banyak kerajinan berbahan dasar bambu yang ketika diolah bisa memiliki nilai jual yang jauh lebih tinggi," tutur Teten.

Ia menambahkan bambu adalah salah satu produk hasil hutan bukan kayu (HHBK). Nilai HHBK dapat mencapai 90% dari nilai hasil hutan. Sementara itu, kayu yang selama ini identik menjadi hasil utama kehutanan, sebenarnya hanya menyumbang 10% dari produksi hasil kehutanan.

"Lebih dari itu, secara ekologis, bambu dapat menjadi solusi atas adanya ancaman lingkungan dan dampak perubahan iklim," jelas Teten.

Ia mencontohkan di China, bambu memberikan kontribusi besar dalam peningkatan pendapatan petani sebesar 28,4% serta memainkan peran penting dalam perkembangan industri di daerah pedesaan.

"Kita memiliki potensi produktivitas bambu empat kali lebih besar. Artinya, pendapatan petani kita bisa lebih besar," cetus Teten.

Untuk itu, Teten menyampaikan pemerintah telah menyiapkan sejumlah stimulus dan ekosistem usaha yang sehat untuk mendukung pemulihan dan transformasi ekonomi UMKM, antara lain BPUM, LPDB-KUMKM, KUR, kemitraan dalam rantai nilai BUMN dan usaha besar, hingga kepastian penyerapan produk melalui belanja pemerintah (pusat dan daerah), BUMN, swasta, dan masyarakat.

Teten menuturkan perusahaan besar seperti IKEA nantinya bisa menampung produk olahan bambu. Misalnya, lemari bambu yang dijual di IKEA dengan harga bisa lebih dari Rp 3 juta.

Teten mengutarakan gerakan kolektif petani bambu harus diwadahi dalam koperasi modern. Petani dan perajin, kata dia, harus berhimpun dalam koperasi agar mempunyai posisi tawar yang kuat dan masuk skala ekonomi.

"Selain sebagai akses pembiayaan bagi petani, koperasi juga bisa sebagai offtaker pembeli pertama dari petani sehingga tercipta kepastian harga dan pasar. Itu bisnis model yang harus kita terapkan bagi para petani, termasuk petani bambu," urai Teten.

Teten pun berharap Selaawi Bamboo Creative Centre atau pusat kreatif bambu Selaawi menjadi role model melahirkan inovasi baru produk olahan bambu agar ada nilai tambah.

"Sehingga bisa meningkatkan pendapatan masyarakat," lanjut Teten.

Sementara itu, Pembina Yayasan Bambu Indonesia, yang juga Duta Besar RI untuk Ukraina, Georgia, dan Armenia, Yuddy Chrisnandi menuturkan Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan keanekaragaman hayati. Salah satunya adalah bambu.

"Sebanyak 162 dari 1.450 jenis bambu di dunia, ada di Indonesia," ulas Yuddy.

Yuddy pun mendukung ide-ide dari Camat Selaawi untuk mengembangkan produk bambu sehingga bermanfaat bagi seluruh masyarakat Tatar Sunda, khususnya warga Selaawi.

"Ke depan, akan ada Pusat Studi Bambu Nusantara di Selabintana, Sukabumi, yang 80% dari total lahannya merupakan hutan bambu. Karena, bambu merupakan salah satu keanekaragaman hayati yang harus kita jaga dan kembangkan," urai Yuddy.

Direktur Program Yayasan Bambu Lestari Muayat Ali Muhsi menambahkan untuk menghadirkan industri bambu di wilayah Garut, maka harus ada jaminan suplai bahan baku. Oleh sebab itu, pihaknya siap bekerja sama untuk mengembangkan pembibitan bambu di Garut.

"Pengadaan bibit bambu harus melibatkan masyarakat, sehingga tercipta efek ekonomi padat karya. Masyarakat sekitar turut menikmati dari produksi bambu yang dihasilkan wilayahnya," terang Muayat.

Di samping itu, bagi Wakil Bupati Garut Helmi Budiman, komoditas bambu berperan penting terhadap perekonomian Kota Garut. Bahkan, sudah menjadi komoditi utama bagi Provinsi Jabar.

"Kita akan terus kembangkan dan menjadikan Kecamatan Selaawi sebagai percontohan untuk pembibitan bambu," tegas Helmi.

Lebih lanjut, Camat Selaawi Ridwan Effendi mengungkapkan ajang festival bambu ini merupakan wujud penguatan produk unggulan lokal berbasis kawasan.

"Selaawi akan menuju Kota Bambu," cetus Ridwan.

Ia berharapan dengan adanya pameran produk kreatif bambu ini dapat terjalin kerja sama antar komunitas bambu, hingga membuka peluang usaha dan pasar lebih luas.

"Yang tak kalah penting adalah membangun kesadaran ekologi lingkungan bila menanam bambu. Termasuk mampu meningkatkan daya saing ekonomi kawasan pedesaan, khususnya Kecamatan Selaawi," urai Ridwan.

Lihat juga Video: Kerai Bambu Warisan Nenek Moyang Tak Lekang Zaman

[Gambas:Video 20detik]




Hide Ads