2. Harga Telur di Konsumen Jadi Rp 31-32 Ribu
Sampai ke konsumen harganya pun menjadi Rp 31-32 ribu per kg. Sebab ada tambahan biaya sebesar Rp 6.800 per kg di pengepul, pedagang besar sampai ke pedagang kecil.
"Sekarang kalau misalnya landed cost di tingkat peternak harganya Rp 24.500 ditambahkan Rp 6.800 per kilo margin pedagang dan peternak itu yang menyebabkan hitungannya sekarang Rp 31-32 ribu di tingkat masyarakat. Jadi masalahnya di situ," tuturnya.
Kenaikan harga telur di Hari Besar Keagamaan dan Nasional (HBKN), dalam hal ini Natal dan Tahun Baru (Nataru) menurutnya suatu siklus yang biasa terjadi. Sama halnya seperti di kala Idul Fitri atau Lebaran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau kita melihat 1 tahun kan kita ada HBKN Idul Fitri atau pada akhir tahun atau Natalan. Itu memang dianggap wajar oleh pemerintah apabila kenaikannya itu masih di level 10% sampai 15%, 10% sampai 15% itu dari harga landed cost peternak," tambahnya.
3. Harga Telur Pekan Depan Bisa Turun
Musbar Mesdi memperkirakan harga telur ayam akan kembali turun pasca Nataru, dari Rp 31-32 ribu per kg kembali turun di bawah Rp 30 ribu. Menurutnya itu siklus yang biasa terjadi setelah Natal dan Tahun Baru maupun Idul Fitri atau Lebaran.
"Sesudah sudah lewat masa HBKN biasanya melandai, artinya sekarang sudah di Rp 24 ribu, Rp 25 ribu, Rp 26 ribu (di tingkat peternak)," kata dia.
Dia menjelaskan bahwa ketika harga telur ayam tinggi maka masyarakat pasti mengurangi pembelian. Dengan demikian harga akan terkoreksi pasca HBKN.
"Ini yang menyebabkan sesudah hari raya HBKN ini harganya langsung melandai di tingkat peternak. Ya rasanya sih nanti harga di tingkat konsumennya paling minggu depan sudah turun lagi di bawah Rp 30 ribu," jelasnya.
(toy/ara)