Pemegang saham Tesla Inc (TSLA.O) telah menggugat Elon Musk dan mendesak hakim gara meminta Musk untuk membayar kepada perusahaan sebesar US$ 13 miliar atau sekitar Rp 185,9 triliun (kurs 14.300/dolar AS).
Melansir dari Reuters, Rabu (19/1/2022), gugatan ini bermula dari kasus kesepakatan akuisisi SolarCity pada 2016 lalu. Saat itu CEO Tesla Elon Musk mengakuisisi perusahaan tenaga surya SolarCity Pada 2016, Musk membeli SolarCity senilai US$ 2,6 miliar atau sekitar Rp 37,1 triliun.
Namun Para penggugat menuding bahwa SolarCity hampir bangkrut saat akuisisi. Aksi korporasi tersebut juga dinilai telah menguntungkan Musk, lantaran sebelum akuisisi, Musk diketahui memiliki 22% saham SolarCity.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kasus ini selalu tentang apakah akuisisi SolarCity adalah penyelamatan dari kesulitan keuangan, bailout, yang diatur oleh Elon Musk," kata Randy Baron, seorang pengacara pemegang saham, pada sidang Zoom Selasa (18/1).
Selain itu, Lee Rudy selaku pengacara pemegang saham yang lain mendesak Wakil Chancellor Joseph Slights dari Delaware's Court of Chancery untuk memerintahkan Musk mengembalikan saham Tesla yang dia terima, yang akan bernilai sekitar US$ 13 miliar atau setara dengan Rp 185,9 triliun bila dihitung dengan harga saham saat ini.
Di sisi lain, pihak Musk mengatakan bahwa kesepakatan itu merupakan bagian dari rencana induk Tesla untuk menciptakan perusahaan terintegrasi vertikal yang akan mengubah pembangkitan dan konsumsi energi dengan panel atap SolarCity dan mobil serta baterai Tesla.
Evan Chesler, salah satu pengacara yang mewakili Musk, mengatakan pada sidang bahwa kesepakatan itu bukan bailout dan SolarCity jauh dari kebangkrutan dan keuangannya mirip dengan banyak perusahaan teknologi dengan pertumbuhan tinggi.
"Mereka membangun miliaran dolar nilai jangka panjang," kata Chesler tentang SolarCity.
Selain itu pengacara Musk yang lain, Vanessa Lavely, mengatakan bahwa pengusaha selebritas seperti Musk tidak memiliki kekuatan untuk memecat direktur atau mengontrol gaji mereka dan dia mengundurkan diri dari negosiasi harga pada kesepakatan SolarCity.
Bahkan Lavely menilai bahwa hasil dari kerja keras dan keputusan Musk lah (termasuk akuisisi SolarCity) yang berhasil membawa Tesla menjadi salah satu perusahaan pengembang kendaraan listrik terbaik di dunia. Oleh karenanya Lavely menilai kalau tuntutan para pemegang saham sangatlah tidak masuk akal.
"Tanpa Elon Musk, Tesla mungkin tidak ada apalagi memiliki nilai $ 1 triliun," kata Vanessa Lavely saat membela Musk.
"Itu tidak membuatnya menjadi pengontrol. Itu membuatnya menjadi CEO yang sangat efektif," jelasnya lagi
(zlf/zlf)