Berlusconi-Draghi Calon Kuat Presiden Italia, Siapa Lebih Jago Pulihkan Ekonomi?

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Jumat, 28 Jan 2022 11:16 WIB
Ilustrasi/Foto: (Shutterstock)
Jakarta -

Pemilihan Presiden baru di Italia sedang berlangsung. Anggota Parlemen di Italia sudah memulai prosesi pemilihan presiden baru minggu ini, pemungutan suara rahasia sedang dilakukan parlemen.

Dilansir dari BBC, Jumat (28/1/2022), kepala negara Italia memiliki kekuasaan yang terbatas, aturannya Presiden sebagai kepala negara akan menunjuk seorang perdana menteri. Pemilihan sosok perdana menteri ini dapat mempengaruhi strategi ekonomi pemerintah.

Perdana menteri berikutnya yang memimpin pemerintahan koalisi harus memastikan pemulihan ekonomi terus berlanjut.

Ada dua kandidat yang jadi jagoan dalam pemilihan presiden oleh parlemen, yaitu Silvio Berlusconi dan perdana menteri petahana Mario Draghi yang juga merupakan mantan kepala Bank Sentral Eropa.

Namun nampaknya Draghi menjadi kandidat kuat dibandingkan Berlusconi. Bila terpilih jadi presiden dia akan memiliki kekuatan untuk menunjuk seorang perdana menteri, memveto penunjukan ke kabinet dan mengirim undang-undang kembali ke parlemen untuk dipertimbangkan kembali oleh anggota parlemen.

Sebagai tokoh yang memiliki pemikiran ekonomi yang kuat, Draghi dinilai mampu menjaga agar pemerintah di masa depan tidak menggelincirkan ekonomi.

Pada awal pandemi COVID-19, ekonomi Italia sangat menderita. Negara itu melakukan lockdown besar-besaran yang membuat ekonomi lumpuh. Meski begitu, kalangan bisnis melihat pertumbuhan yang baik saat ini.

Paola Subacchi, Profesor Ekonomi Internasional di Queen Mary University of London mengatakan di era Mario Draghi menjadi perdana menteri, kesehatan ekonomi dan stabilitas politik telah dicapai

Draghi telah berhasil mengumpulkan dukungan lintas partai untuk menyetujui suntikan dana pemulihan ekonomi Uni Eropa dan menciptakan momentum untuk reformasi dan disiplin keuangan yang lebih kuat.

Italia adalah penerima terbesar dana pemulihan ekonomi Uni Eropa. Diperkirakan negeri Pizza bakal mendapatkan US$ 215 miliar dalam bentuk hibah dan pinjaman. Bila dirupiahkan jumlahnya mencapai Rp 3.074 triliun.

Presiden Italia berikutnya harus segera memulai proses penciptaan kesatuan politik untuk memastikan tidak ada perpecahan besar yang dapat merusak kebijakan ekonomi. Valentina Meliciani, dari Universitas Luiss di Roma, mengatakan investor asing mengawasi ketat pemilihan presiden di negaranya.

"Seorang presiden yang tidak memecah belah dapat memainkan peran penting dalam memastikan bahwa kepentingan umum negara menang atas kepentingan khusus pihak-pihak yang berbeda," kata Meliciani.

"Agar negara kita berkinerja baik dalam jangka panjang dan menjaga utang terkendali, kita membutuhkan pertumbuhan, untuk memenuhi semua kondisi ini, stabilitas dan kompetensi di Presiden dan Perdana Menteri sangat penting," pungkasnya.

Lihat juga video 'Bertemu PM Singapura, Jokowi Bahas Penguatan Pemulihan Ekonomi!':






(hal/eds)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork